Eka Santosa Pimpin Unjuk Rasa Lingkungan Hidup di Arcamanik Bandung

TPS SAMPAH 1Mantan Ketua DPRD Jabar (1999 – 2004) dan Ketua Komisi ll DPR RI (2004 – 2009) yang kini sebagai Ketua Umum Gerakan Hejo, Eka Santosa turun memimpin unjuk rasa terkait lingkungan di Arcamanik Bandung.

“Ini bukanlah unjuk rasa seperti biasa, apalagi ada anarkhis. Tak lain, silaturahmi dengan cara berbeda. Tuh, lihat pendukungnya, hanya ibu-ibu dan pensiunan, juga anak-anak kecil. Tahu sendiri kan, saya tak takut sama siapa pun apalagi untuk membela kebenaran. Saya, paling takut justru sama isteri saya. Tiap hari Ia terus mengomel ke saya, soal sampah ini,” kata Eka saat memimpin unjuk rasa di RT 06 RW 02 Kelurahan Cisaranten Endah Kecamatan Arcamanik Bandung (16/5).

Hadir hari itu, selain puluhan Satpol PP dan polisi dari Polsek Arcamanik Kota Bandung, juga Firman Nugraha, Camat Arcamanik, serta Kompol Asep, Kapolsekta setempat. Tuntutan unjuk rasa hari itu, sepintas walaupun tampak sederhana, namun berdimensi luas dalam konteks lingkungan di kota Bandung.

Menurut Ketua RT 06 RW 02 Kelurahan Cisaranten Endah Kecamatan Arcamanik Kota Bandung, Dewa aksi hari itu sebagai luapan kekesalan warga yang sudah bertahun-tahun menerpanya.

“Sejak tahun 1980, tadinya ada toleransi dengan keberadaan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPPS), ditambah ada bengkel besi. Lalu ada bedeng pemulung sampah di bantaran kali Cironggeng, juga toleransi sedikit. Tiba-tiba ada penebangan pohon bambu (8/5/2016 – red) di bantaran kali oleh pendatang Heru Pamuji. Terakhir Green Caraka Residence menutup saluran air. Kena banjir sejak lama, juga kena bau sampah sama bising bengkel. Pihak terkait tak peduli. Sudah lapor kemana-mana,” kata sejumlah ibu-ibu mayoritas penghuni Jl. Ice Skating, Jl. Terbang Layang, dan Jl. Aeromodeling di Kelurahan Cisaranten Endah.

Tak pelak celotehan mayoritas ibu-ibu ini direspon Camat Arcamanik dengan ikut menerima aspirasi. Intinya, Camat Arcamanik yang baru dua minggu menjabat di daerah ini, menurut warga setempat “Baru mau mencari solusi”.

Gugatan Hukum

Sebelumnya Eka di hadapan pimpinan daerah setempat, mengurai secara mendalam bencana lingkungan ini. “Dulu sejak 1995 saya tinggal disini, paling ujung di Arcamanik. Janjinya, developer PT Bale Endah, ujung jalan Terbang Layang ini sebagai alternatif untuk perluasan masa mendatang. Eh, tiba-tiba ada yang menjadikan bengkel dan TPPS? Terakhir, mau dijadikan pengolahan sampah pula, lalu ada bengkel besi. Selanjutnya ada penutupan saluran air oleh Green Caraka Residence. Sebelumnya, ada penebangan pohon bambu di bantaran kali Cirongge. Anehnya, di sini ada 5 KK pemukiman liar bedeng pengolah sampah, dari dulu tak ditertibkan. Masalah ini terus bertumpuk. Tiga bulan lalu ke rekan saya di instansi terkait sudah saya lapori secara baik-baik. Eh, tak ada tanggapan. Inilah ibu-ibu hari ini beraspirasi,” ujarnya.

Kurang lebih 30 menit Eka mengurai duduk bencana lingkungan yang menerpa warga Arcamanik yang kini dihuni oleh 6 RW, masing-masing terdiri atas 400 rumah lebih pada setiap RW.”Semua sampahnya ke TPPS ini, bayangkan setiap hari hilir-mudik truk dan roda sampah, bahkan hingga jam 2 dini hari. Baunya menyengat sekali. Sebenarnya sudah menyabarkan diri, ahirnya tak kuat juga. Truk PD kebersihan hanya datang ke TPPS, namun sering tak mengangkut sampah dari sini. Ada apa ini?”.

Berkaitan ketidaktegasan dari aparat setempat, dalam ujarannya Eka bersama warga bila tak ada solusi:”Akan melakukan gugatan hukum ke Walikota Bandung. Baru-baru ini kota ini dapat adipura, Kang Ridwan Kamil yang juga kawan saya, memang belum pernah ke sini. Kalau tahu, mungkin akan lain ceritanya”.

Tutup Saja

Keputusan hari itu TPPS yang sudah bertahun-tahun beroperasi secara ilegal, ahirnya ditutup warga. Heru Pamuji yang mengoperasikan bengkel besi di dekat TPPS hari itu tidak hadir di lokasi unjuk rasa. Pandangan mata destinasiNews di lapangan, dengan sepengetahuan Camat – Soal sampah untuk beberapa hari mendatang bersifat “status quo”.

“Baru hari ini saya melihat lingkungan kami agak terbebaskan dari polusi sampah, semoga tak banjir lagi”, kata Ibu Nurhayati yang tinggal di Jl. Ice Skating. Tak pelak ujaran ini diamini para tetangganya seperti Ibu Yani, Ibu Greeta, Ibu Edith, dan Ibu Ibnu –“Tapi kami masih perlu tindakan Pak Camat selaku pimpinan wilayah secepatnya. Jangan menggantung seperti biasa. Sebaliknya, Kang Emil (sapaan Ridwan Kamil – red), hadir dan putuskan solusi dengan segera, sebelum kami gugat ”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *