Rita Tila Melanglangbuana dengan Musik Sunda

Rita Tila Melanglangbuana dengan Musik SundaTatkala pertama kali manggung sebagai sinden cilik, saat masih berusia 10 tahun, Rita Tila tak pernah membayangkan suatu saat kelak ia akan melanglangbuana berkat kepiawaiannya sebagai seniwati Sunda.

Tahun 2001, tatkala sang sinden remaja asal Sukabumi ini masih menuntut ilmu di SMKI Bandung (sekarang SMKN 10), datang peluang pertama ke mancanegara.

“Saya menjadi juara Pasanggiri Lagu Piala Titim Fatimah, dan sebagai bonusnya saya diikutsertakan dalam misi kebudayaan ke Thailand. Disana saya menyanyi dan menari. Saya menyanyikan lagu buhun Bangbung Hideung dan Seunggah. Saya juga membawakan Tari Sonteng dengan lagu Seunggah, dan Tari Punggawa dengan kostum pria,” papar artis cantik kelahiran 1984 ini.

Ditanya perasaannya ketika pertama kali manggung di luar negeri, pemilik hidung bangir ini mengatakan, “Tentu saja sangat bangga dan sangat bahagia. Banyak pengalaman yang bisa menjadi bekal saya sebagai pelaku Seni, karena selama di Thailand bisa berinteraksi dengan seniman dari berbagai negara. Selama di Thailand saya tampil di festival international Seni pertunjukan boneka atau puppet. Kalau di kita wayang goleklah atau wayang kulit,”.

Sejak itu Rita terus melesat, pemilik mata indah ini setiap tahun manggung di luar negeri, baik atasnamanya sendiri maupun dibawah naungan Samba Sunda, grup pengusung World Music pimpinan musisi kreatif Ismet Ruchimat. “Manggung di luar negeri mengasyikan, antusiasme mereka kepada musik tradisi Sunda begitu tinggi,” ucap penyuka warna merah ini.

Rita Mengajar Musik Sunda

Tak hanya menyanyi. Rita pun kerap diundang untuk mengajar musik tradisi Sunda di Amerika Serikat. Tak hanya mengajar teknik vokal tapi juga berbagai instrumen musik Sunda.
“Alhamdulillah, saya bisa memainkan semua alat musik tradisi Sunda,” ujarnya dibarengi senyum manis.

Bekal akademis memang dimilikinya. Pemilik hit “Teuteup Jeung Imut” ini adalah alumni SMKN 10 (sekolah kejuruan karawitan) dan sedang mengikuti program Magister Etnomusikologi di ISBI Bandung.

Dari Emory University (USA), Rita mendapat penghargaan khusus. “Emory membeli seperangkat gamelan Sunda dan saya mendapat kehormatan untuk memberi nama. Seperangkat gamelan itu saya namai Nyi Mas Mayangsari”, ujar Rita saat diajak bincang-bincang di sebuah resto Sunda terkenal di Bandung.

Melanglangbuana pun menjadi aktifitas rutin Rita. “Alhamdulillah, saya setiap tahun perform di luar negeri. Saya bangga sudah menyuguhkan musik Sunda di empat benua. Asia, Australia, Amerika dan Eropa. Yang paling sering di Australia. Hanya ke Benua Afrika yang belum pernah,” papar artis yang lahir dan dibesarkan dilingkungan keluarga seniman. Ibunya adalah sinden, dan kakeknya dalang wayang golek.

Kemudian, langkah Rita pun melebar ke jalur Pop Sunda. Di kancah Pop Sunda, popularitasnya diraih lewat lagu romantis “Teuteup Jeung Imut” karya maestro musik Sunda mendiang Nano S yang dirilis pada tahun 2007.

Dewi Fortuna sepertinya enggan menjauh dari Rita. Popularitasnya di jalur Pop Sunda kian menanjak, sehingga kalangan pers pun menempatkannya di kelas Diva.
Tapi, dimana sesungguhnya Rita berpijak? Dimana sejatinya Rita berdiri? Genre musik yang mana yang akan menjadi tempat pulangnya kelak? Dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu Rita menjawab dengan tegas.

“Saya boleh saja disebut artis Pop Sunda. Silahkan saja saya ditempatkan di deretan Diva Pop Sunda, tapi Rita Tila tetap seorang sinden. Darah daging Rita Tila, nafas Rita Tila, tetap musik tradisi Sunda. Ibu saya, seniwati yang menjadi guru pertama saya, adalah sinden. Darah yang mengalir di tubuh saya adalah Darah sinden. Musik tradisi Sunda adalah tempat dimana kelak saya akan pulang setelah mengembara kemana-mana” pungkas artis jelita bersuara lembut ini.

YOSIE WIJAYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *