Jokowi Jangan Mati Kutu Didepan HM Prasetyo & Surya Paloh

Jokowi Jangan Mati Kutu Didepan HM Prasetyo & Surya PalohRatusan massa dari Gerakan Rakyat untuk Bersatu-Indonesia Sehat Tanpa Koruptor (Gebuk Istana) menggeruduk Istana Negara Jakarta (Kamis, 07/01). Mereka datang membawa sebuah keranda mayat dan pocong HM Prasetyo dan Surya Paloh sebagai wujud hukum yang tumpul didepan kekuasaan.

“Kami mengingatkan bahwa Jokowi sebagai Presiden RI harus berani menunjukan wujudnya sebagai panglima tertinggi & terdepan dalam memberantas para koruptor dinegeri ini, terutama adalah menunjukan Komitmenya melawan koruptor dana bansos Sumatra Utara,” ujar Koordinator Gebuk Istana, Hamdan saat di temui di sela-sela aksi demonstrasi di depan Istana Negara.

“Jokowi harus berani memberikan semangat serta spirit kepada pimpinan KPK yang baru, agar KPK dapat bekerja dengan baik tanpa ada intervensi dari elit penguasa serta elit partai politiknya lainya. Jokowi jangan mati kutu di depan HM Prasetyo dan Surya Paloh,” tambah Hamdan.

Proses Hukum kasus bansos Sumut sampai hari ini belum juga mengalami pengembangan signifikan. Padahal bukti-bukti sangat jelas dan pengakuan para saksi dan pengakuan terdakwa lainnya di persidangan pengadilan Tipikor telah menunjukan dengan jelas dugaan Keterlibatan Surya Paloh & HM Prasetyo.

Namun sungguh aneh, lanjut Hamdan, kedua orang ini sampai sekarang belum disentuh secara hukum oleh KPK. Jokowi jangan impoten di depan dua orang dekatnya yang punya saham di dalam kekuasaannya, geram Hamdan.

Sebagai negara hukum, sambungnya, semestinya Jokowi harus berani mengevaluasi seluruh perangkat Hukum yang ada di indonesia ini termasuk HM Prasetyo, guna wujudkan pemerintahan yang bersih dari kotoran aparat penegak Hukum yang tidak bermoral, tandasnya.

“Untuk itu dengan sangat tegas kami dari Gebuk Istana Menuntut Kepada Presiden Jokowi, Panglima Tertinggi TNI/Polri, dan KPK, jangan loyo dan mati kutu di depan dua orang koruptor (MP & SP). KPK Segera seret Surya Paloh dan M.Prasetyo ke hotel prodeo,” demikian hamdan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *