Dedi Mulyadi: Pendidikan Jangan hanya Mengejar Akademis

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi memang selalu berbeda dalam setiap menilai sesuatu. Seperti terntang pendidikan. Menurutnya, pendidikan jangan hanya mengejar nilai akademis, tapi perlu nilai aplikatif yang harus mulai ditanamkan pada sistem pendidikan di sekolah-sekolah.

“Hal itu bertujuan untuk mencetak siswa yang kreatif, produktif serta mampu menjawab tangtangan globalisasi,” demikian yang diungkapkan Bupati Dedi Mulyadi dalam dialog interaktif The Institut Of Democracy & Education di Gedung Nusantara V Komplek DPR RI dihadiri lebih dari 850 siswa se-Indonesia, kemarin.

Bupati Dedi Mulyadi yang terbiasa menggunakan iket kepala khas Sunda ini menyebutkan bahwa sekolah merupakan tempat kontemplasi para siswa, yang di dalamnya mengajarkan penajaman indera yang dimiliki siswa. Sehingga dirinya menyebut sekolah itu adalah padepokan.

“Sekolah saya sebut sebagai padepokan karena tempat penajaman indera  perasa siswa, indera penglihatan, pendengaran, penciuman, pendengaran hingga hati perasaan mereka, yang saya sebut sebagai tempat kontemplasi. Sehingga nilai aplikatif pendidikan bisa dijarkan kepada siswa yang tujuannya adalah menghasilkan siswa cerdas secara akademis, kreatif, dan produktif serta membangun etos kerja ketika di masyarakat,” paparnya.

Menerapkan aplikatif pendidikan yang diusung oleh Dedi ini, di Purwakarta diterjemahkan dalam Peraturan Bupati (PERBUP) No 69 Tahun 2015 yang dimana didalamnya sekolah mengajarkan siswa untuk membangun nilai aplikatif sehingga bukan formalisme saja yang dikejar tetapi siswa diajarkan untuk mengenal lingkungannya.

“Di Purwakarta saya terapkan melalui Perbup No. 69 Tahun 2015 Tentang Pendidikan yang di mana siswa lebih pada nilai pendidikan aplikatif. Bahkan kalau musim tanam atau panen, siswa diperbolehkan untuk tidak masuk, tetapi membantu para petani untuk memanen atau menanam, begitupun tentang peternakan hingga perdagangan. Dalam peraturan itu ada larangan dimana siswa dilarang menggunakan kendaraan bermotor hingga merokok,” tutur Dedi Mulyadi.

Selain Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, dalam dialog interaktif tersebut hadir pula anggota DPR RI Sodik Mujahid dari komisi VIII, Anggota DPD RI Parlindungan Purba, termasuk Ketua DPD RI Irman Gusman didampingi anggota DPD RI Sulistyo sekaligus Ketua Umum PGRI, dan Anggota DPD RI Oni Sumarwan.

Dalam pemaparannya, Irman Gusman mengatakan, masyarakay harus punya keyakinan bahwa masa depan Indonesia akan lebih baik lagi. Dia setuju masa depan ekonomi Indonesia ada di tangan para pengusaha.

“Pengusaha itu adalah orang yang jujur yang amanah yang punya karakter yanga baik yang selalu bekerja keras. Rasullullah juga adalah seorang pengusaha 9 dari 10 sahabat adalah seorang pengusaha,” katanya.

Menurutnya, DPD tidak berafilisasi dengan partai politik. DPD itu dipilih beradasarkan jumlah provinsi di Indonesia. DPD mewakili adat, suku bangsa, dan lain-lain. DPD dan DPR menjadi anggota MPR RI.

“Dengan adanya DPD RI ini maka diharapkan aspirasi rakyat di Indonesia itu dapat terakomodasi dan diperjuangkan. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang luar biasa. Jadi Indonesia ini adalah negara yang plural. Kita adalah satu yaitu Indonesia Raya,” tegasnya.

Sementara, Eksekutif Direktur Institute of Democracy and Education (IDE) Gugun Gumilar mengarakan, kegiatan ini dalam  rangka menjaga stabilitas politik dan pemerintah yang dalam kurun waktu belakangan ini sedang kisruh antara legislatif dan eksekutif.

“IDE hadir untuk memberikan ruang diskusi antara civil society dan wakil rakyat. Kami memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa DPR/MPR/DPD itu adalah milik rakyat, dan rakyat berhak untuk datang, dialog, diskusi dengan para wakil rakyat yang sudah dipilih oleh rakyat,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *