Wakil Gubernur Jawa barat Deddy Mizwar menilai, gelaran Festival Film Jawa Barat (FFJB) 2015 benar-benar memicu kesadaran para bupati/walikota terkait ruang ekspressi film-film pendek karya anak-anak muda di Jawa Barat. Bahkan Pemprov Jabar pun tak keberatan jika gedung kesenian bertaraf internasional yang akan dibangun nanti, digunakan pula oleh para komunitas film untuk mengapresiasi hasil karyanya.
“Di Tasik, ketika melihat peserta FFJB begitu banyak, gedung Dadaha langsung dipersilahkan oleh Bupatinya untuk pemutaran film pendek. Di Kota Bogor juga,” ungkap Deddy Mizwar, dalam Jumpa pers FFJB 2015, di Gedung Indonesia Menggugat (GIM), Jalan Perintis Kemerdekaan Kota Bandung, Selasa (24/11).
Deddy Mizwar menjelaskan, film pendek tidak berada di ranah komersial seperti produk-produk industri film. Film pendek yang umumnya digarap secara sederhana dengan durasi rata-rata setengah jam atau 15 menit itu lebih sekedar sarana ekspressi kaum muda dalam menyampaikan gagasan-gagasannya.
Dengan begitu, tegas Demiz, para pembuat film inipun tidak membutuhkan gedung khusus untuk pemutaran film, seperti halnya bioskop untuk film-film produk industri.
“Di sini (GIM) juga bisa. Dengan infokus dan layar saja sudah sukup. Di Bandung memang tidak ada gedung khusus untuk pemutaran film pendek. 2017 nanti akan dibangun gedung kesenian representatif di Cikutra, itu bisa digunakan,” janji Deddy Mizwar.
Deddy Mizwar menekankan, gedung mewah seperti Gedung Majestik di Kota Bandung bukan tuntutan bagi pembuat film untuk menayangkan hasil karyanya. Tuntutan paling penting adalah adanya komunitas serta genjotan daya kreativitas para pembuat film.
“Gak perlu gedung Majestik dikhusukan untuk pemutaran film pendek, karena dalam pemutarannya pun gak perlu banyak orang. Yang lebih penting itu, ada fasilitasi dan stimlulus untuk kreativitas mereka. Makanya FFJB harus ditingkatkan,” tandas Deddy Mizwar.