Warga Baduy Penuhi Kebutuhan Pangan dengan Berhuma

Warga Baduy Penuhi Kebutuhan Pangan dengan BerhumaKomunitas masyarakat Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, sampai sekarang secara mandiri memenuhi kebutuhan pangan mereka dengan berhuma, menanam padi di ladang kering.

“Warga Baduy mengembangkan tanaman padi gogo di ladang-ladang atau lahan darat untuk memenuhi ketersedian pangan,” kata Saija, tetua adat dan Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Kamis.

Huma memberi hasil melimpah sehingga selain mengonsumsinya, mereka bisa menjual sebagian hasil panen dan menyimpan sebagian di lumbung pangan yang disebut rumah leuit, membuat mereka tak sampai kekurangan pangan.

Saat ini, warga Baduy di daerah itu memiliki 405 lumbung dan setiap lumbung bisa digunakan untuk menyimpan empat sampai lima ton gabah.

Dan bantuan beras bersubsidi makin mengamankan ketersediaan pangan bagi 11.620 orang Baduy yang terdiri atas 5.870 laki-laki dan 5.570 perempuan.

“Kami terus mengembangkan bercocoktanam padi huma untuk mempertahankan kemandirian pangan. Penanaman padi huma itu dilakukan setiap setahun sekali dengan masa panen selama enam bulan,” katanya.

Selain berhuma, warga Baduy menanam sayur mayur, palawija, pisang, durian, jahe, laja, koranji, petai, aren dan kelapa untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Mereka sudah membeli lahan dari hasil penjualan produk pertanian mereka. Menurut Saija, warga Baduy membeli tanah seluas 900 hektare di luar kawasan tanah hak adat ulayat tahun 2012.

Warga Baduy kini tinggal di tanah hak ulayat seluas 5.100 hektare, yang 3.000 hektare di antaranya merupakan hutan lindung yang tidak boleh digunakan untuk bercocok tanam.

“Kami hanya bisa menggarap pertanian seluas 2.100 hektare dan perlu penambahan lahan pertanian,” ujarnya, berharap kepada pemerintah.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Dede Supriatna mengatakan selama ini masyarakat Baduy menata produksi pangannya dengan baik sehingga sampai sekarang belum pernah kekurangan pangan.

Mereka bercocok tanam padi gogo tanpa menggunakan pupuk kimia. Hasilnya seringkali surplus sehingga bisa mereka simpan di rumah leuit.

“Penyimpanan gabah itu untuk ketahanan pangan keluarga,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *