Menikmati Pedasnya Ayam Gorowok di Bandung

Menikmati Pedasnya Ayam Gorowok di BandungSatu lagi sajian alias kuliner dari Kota Bandung, Jawa Barat, yang menawarkan sensasi pedas yakni rumah makan Ayam Goreng Gorowok, di Jalan Naripan Nomor 9. Lokasinya di pusat kota dan tidak sulit disambangi, dekat Jalan Braga yang kondang itu.

“Ayam gorengnya enak, tapi hati-hati sama sambalnya ya. Soalnya bisa bikin ngagorowok. Ayam sama sambalnya itu perpaduan tepat kalau buat pecinta sajian pedas seperti saya mah,” kata Dini Andriani, usai menyantap satu porsi ayam goreng gorowok, Minggu.

 Ngagorowok  dalam bahasa Sunda bermakna berteriak.

Ia mengatakan, saban pekan biasanya suaminya dan dia selalu menyempatkan untuk datang ke warung Ayam Goreng Gorowok itu.

“Malah kalau dulu, ketika saya masih kerja di bank itu bisa setiap istirahat kerja makan di sini sama teman kantor. Kalau sekarang, paling dalam satu minggu sekalinya makan di sini, karena jauh dari rumah” kata Dini.

Warga lain, Alex Sutisna, tahu ada kuliner pedas ialah dari teman kerjanya. “Ayam sama sambalnya nendang banget lah. Selain enak, harganya juga terjangkau enggak bikin kantong bolong,” ujar dia.

Selain ayam dan sambal, lanjut dia, daya tarik lain dari sajian pedas ini lalaban selada air yang digoreng. “Lalaban selada airnya juga enak banget. Kadang kalau makan di sini di atas jam 2 siang, lalaban selada airnya suka diganti kol goreng karena kehabisan,” kata dia.

Sementara itu, sang pemilik rumah makan Ayam Goreng Gorowok, Atiyen Gustianingsih, menuturkan ia dan suaminya, Asep Lesmana, mulai merintis usaha makanan tersebut sejak enam tahun lalu atau sekitar tahun 2009.

“Nama ayam gorowok itu muncul karena dulu banyak pegawai Bank BJB yang teriak dari tempat kerjanya ketika pesan makanan ke kita. Teteh, pesan ayam satu porsi ya!,” ujar Gustianingsih.

Teriakan para pekerja bank itu, mengilhami suami istri ini menamai usaha sajiannya dengan nama Ayam Goreng Gorowok.

Awal mulanya, ia dan suami berjualan di pinggir Jalan Naripan, Bandung, sekitaran depan Kantor Pusat Bank BJB. “Waktu itu belum ada meja dan bangku seperti sekarang. Dulu mah cuma modal gerobak saja,” kata dia.

Menjalankan  usaha di pinggir jalan penuh risiko, salah satunya ialah dikejar-kejar petugas Satpol PP.

“Sempat ngalamin juga dikejar pamong, tapi alhamdulillah ada yang nawarin buat jualan di sini. Di dalam Gedung Padepokan Seni Jaipong ini,” kata dia.

Menurut dia, resep sambal pedas ayam goreng gorowok merupakan resep andalan dari keluarganya. “Di keluarga saya memang semuanya suka pedas. Dan sambal ini bisa dikatakan resep keluargalah,” ujarnya.

Rahasia pedas sambal buatannya, lanjut dia, ialah pemilihan bahan baku yakni cabai rawit jenis domba.

“Cabai rawitnya harus jenis cabai rawit domba. Cabai ini kalau di Garut banyak banget. Jadi jika enggak pakai jenis cabai ini sambalnya tidak akan terlalu pedas,” kata dia.

Sedangkan untuk ayam gorengnya, ia menggunakan jenis ayam pejantan bukan ayam broiler.

“Dulu pernah pakai ayam broiler, tapi hasilnya itu ayam gorengnya masih basah dan bau amisnya masih tercium. Makanya kita pakai ayam pejantan,” kata dia.

Satu potong ayam goreng gorowok dijual dengan harga Rp8.000 saja.

“Selain ayam, kita di sini juga ada tempe, tahu, usus, ati ampela sama kepala ayam. Khusus lalaban sama sambalnya itu gratis,” kata dia.

Dalam seharinya ia bisa menjual 350 potong ayam dengan omzet kotor Rp750.000 hingga Rp1 juta.

“Alhamdulillah, kalau yang di Naripan ini kita berjualan dari Senin sampai Jumat. Tapi kalau cabang yang di Rancaekek dan Holis Bandung itu buka tiap hari,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *