Bahaya Game Online pada Anak

Bahaya Game Online pada Anak

AKSI. Orangtua harus proaktif mengawasi anaknya bermain game online, karena efek permainan itu bukan hanya kecanduan, tapi bisa mempengaruhi pola pikir dan psikis si anak. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Anak Aceh menilai ada delapan game online yang berbahaya bagi anak.

Game online ini menawarkan sensasi praktis bagi anak dengan nuansa perang-perangan, perkelahian, pembantaian etnis, perang antar suku, dan bahkan pembunuhan sadis terhadap siapapun yang dianggap lawan,” kata Rudi Bastian, Manager Program LBH Anak Aceh, Minggu (11/1/2015).

Menurutnya usaha mencontoh dan meniru tokoh-tokoh dalam game inilah bisa berdampak pada kehidupan si anak. “Setiap anak yang bermain game ini mendapatkan suasana menegangkan, dan menantang, tak terkecuali jika game ini dimainkan oleh orang dewasa,” sebutnya.

Rudy memaparkan hasil penelusuran lembaganya, kedelapan game online tersebut, digandrungi oleh anak usia delapan sampai 14 tahun. Warung internet yang menyediakan game ini, selalu ramai dikunjungi anak-anak atau menjadi rumah kedua bagi mereka dalam bermain.

“Alasan anak senang bermain game adalah karena ingin mencoba hal yang baru dan juga untuk dapat menghilangkan stres, dikarenakan tugas sekolah ataupun karena adanya suatu masalah. Padahal game online seyogyanya diperuntukkan bagi usia 17 tahun ke atas,” ujarnya.

Terlalu sering bermain game diakui dapat mempengaruhi kepribadian anak, terlebih pada usia delapan sampai 14 tahun, anak-anak cenderung akan menyerap dan meniru segala sesuatu yang dilihat, sehingga bisa berdampak dalam perkembangan tubuhnya.

Apalagi jika game yang dimainkan berunsur kekerasan. Rudy menilai hal ini bisa membentuk karakter mereka menjadi seorang pemberontak, dan rasa ingin tahu yang besar akan segala sesuatu yang terlarang, serta mempunyai tingkah laku yang kadang sangat sulit diterima oleh masyarakat.

Efek lainnya bisa muncul adalah kesulitan bersosialisasi, komunikasi, dan memiliki empati si anak terhadap orang lain sekitarnya. Kondisi ini memicu agresivitas anak dan terkikisnya hubungan sosial anak terhadap kondisi sekeliling. (Baca juga: Manusia Miliki Otak Terbesar)

“Kondisi ini bakal diperparah ketika si anak yang kecanduan game online tapi tidak mempunyai uang untuk bermain. Maka dia akan melakukan tindakan mencuri dan memalak kawannya guna bisa mendapatkan uang untuk dapat terus bermain game online tersebut,” kata Rudy.

Para orangtua dan masyarakat diminta proaktif mengawasi anak-anak dalam bermain game, agar perkembangan psikologinya tak terganggu. “Orang tua harus selektif dalam mengingatkan dan memilih game online yang tepat untuk dimainkan si anak.” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *