Dongeng Pak Guru Dahril

Dongeng Pak Guru Dahril

Pada perjalanan antara Palembang-Prabumulih di bulan Oktober 2013, lelaki di sebelah saya bercerita sambil mengemudi. Semangat sekali cara dia bercerita. Semula saya hanya mengangguk dan sesekali tersenyum. Maklumlah, yang dia ceritakan pun soal yang remeh temeh mengenai keluarganya. Tapi lama kelamaan, saya seperti tersihir untuk takzim menyimak cerita lelaki bernama Dahril Amin ini.

Hanya ada satu alasan kenapakah saya sepagi itu harus pergi bersama Dahril dari Palembang ke Prabumulih. Adalah seorang rekan saya bernama Endi Aras yang mengabarkan, bahwa ada seorang anak kelas satu SMP di Prabumulih yang prestasinya luar biasa. Maka, saya pun terbang ke Palembang untuk selanjutnya menuju Prabumulih, semata hanya untuk menemui anak berbakat itu. Dan anak berbakat itu adalah puteri Dahril yang menjemput saya di Palembang, untuk selanjutnya membawa saya ke rumahnya nun di Prabumulih sana.

“Boleh saya mendongeng, Pak?” tanya Dahril kepada saya.
Tentu saja saya mempersilakan. Selain saya menumpang, saya juga kian tertarik dengan cara Dahril bercerita.

“Silakan Pak, dimulai saja mendongengnya, saya akan menyimaknya,” ujar saya.




Lalu Dahril pun mulai bercerita, “Di sebuah Kota kecil, Tanjung Enim, lahirlah seorang Putri yang bernama Eny Kurniati. Kemudian… Sang Putri melanjutkan pendidikannya ke Kota jambi. Di Kota Jambi inilah sang Puteri bertemu dengan Pangeran yang gagah dan tampan. Kemudian mereka menikah. Dari pernikahan ini lahirlah bidadari-bidadari. Yang pertama bernama Tiara Tarasati. Yang kedua bernama Zenitha Zakiah. Yang ketiga bernama Nayla Salsabila, mereka beralamat di Jalan Cindai No.1 Kelurahan Gunung Ibul Prabumulih–Sumatera Selatan.”

Dan di ujung ceritanya, Dahril pun mengatakan, bahwa keluarga itu diberkahi oleh Allah berupa kebahagiaan. Anak-anak beroleh kasih sayang dan pendidikan yang baik.

Itulah dongeng yang selalu diceritakan oleh Dahril Amin, Kepala Sekolah SMA N IV Prabumulih untuk mengantar anak-anaknya pergi tidur. Sebuah dongeng yang dia karang sendiri, semata untuk membesarkan hati anak-anaknya agar selalu mencintai keluarga dengan mengharumkan nama keluarga tersebut melalui prestasi.

Maka dongeng itu pun seperti nubuat bagi keluarga Dahril. Dia dan isterinya pun mulai menuai harapan-harapannya yang dia tuangkan melalui dongeng. Ya, Dahril dan isterinya, Eny Kurniati beroleh anak-anak yang cantik dan pintar. Salah satu di antara ketiga anaknya yang namanya kini mulai melambung di tingkat nasional adalah si sulung Tiara Tarasati.

Tiara ya Tiara, si rambut pirang yang selalu diejek dengan panggilan “bule”. Dia lah pemilik puluhan piala penghargaan di berbagai bidang, seperti menari, menyanyi, hingga modeling. Simaklah penghargaan yang pernah disabet oleh kelahiran Baturaja 9 September 2001 ini:

1. Juara 2 Lomba menyanyi tingkat TK Se Sumsel tahun 2006
2. Juara 1 Lomba menyanyi tingkat TK Se kota Prabumulih tahun 2006
3. Juara 1 Lomba Menari tarian daerah se kota prabumulih tahun 2006
4. Juara 2 Lomba menari tarian kreasi tahun 2007
5. Juara 1 Lomba Busana Muslimah tahun 2006
6. Juara 1 Lomba Busana Muslimah tahun 2007
7. Juara 1 Lomba membaca doa sehari-hari
8. Juara 1 Lomba membaca ayat-ayat pendek
9. Juara Model terbaik bintang iklan Sakabento tahun 2006
10. Peringkat I semester 1 tahun 2007
11. Peringkat I semester 2 tahun 2008
12. Ketua kelas I tahun 2007-2008
13. Harapan 2 Lomba Menyanyi pop tingkat kota Prabumulih tahun 2008
14. Peserta semi finalis sumeks Kids tahun 2008
15. Juara 1 lomba menyanyi tahun 2008
16. Juara 2 lomba menyanyi dalam rangka Hari Anak Nasional Tk Kota Prabumulih tahun 2008.

***




Setelah menempuh perjalanan sekira lima jam, maka sampailah saya di rumah Dahril. Rumahnya lumayan besar untuk ukuran rumah yang berlokasi di Jalan Cindai No.1 Kelurahan Gunung Ibul Prabumulih–Sumatera Selatan. Halamannya juga cukup luas, dengan kolam ikan di sebelah kanan halaman rumahnya.

Isteri dan dua anak Dahril menyambut saya dengan hangat. Setelah menikmati segelas kopi, saya pun mulai bertanya-tanya kepada Tiara perihal kegiatannya. Matanya yang besar, nampak berbinar-binar saat bercerita tentang kegiatannya. Penasaran oleh puluhan penghargaan yang diterimanya dalam bidang seni, saya pun memintanya untuk bermain gitar seraya bernyanyi. Sebuah lagu pop yang sedang populer dibawakannya dengan manis. Suaranya sungguh memiliki pesona dan bukan hasil jiplakan dari penyanyi yang sedang ngetop. Usai bernyanyi dan bergitar, saya pun memintanya untuk menari.

Maka di ruang tamu rumah keluarga Dahril itulah, Tiara menarikan salah satu tarian yang disukainya. Judul tarian itu “Tari gadis ringkih”. Ia memulai dengan gerakan lembut, dengan bakul di salah satu tangannya. Maka mulilah Tiara menari. Gerakan tangannya, juga jari jemarinha, lembut. Begitu juga saat beranjak berdirj, dia nikmato betul kehalusan gerakan tari Gadis Ringkih yang dia bawakan siang itu di ruang tamu rumah kedua orang tuang di Prabumulih, sekitar tiga jam perjalanan dari Palembang.

Bunyi gendang dan akordion masih terus mengalun, Tiara pun mengikutinya dengan gerakan yang sesuai dengan tempo yang diciptakan oleh musik yang mengiringinya. Ketika memasuki klimaks gerakan, musik jeea sebentar, Tiara pun terduduk, diam. Diletakkannya bakul yang sedari tadi dibawanya.

Bunyi gendang mulai rancak terdengar. Gerakan Tiara pun kian dinamis? Awalnya dia menggerakan kedua tangannya, kakinya pun melangkah ke depan dan ke belakanga. Seluruh gubuhnya pun bergerak, Tiara menari dengan tangannya, dengan kakinya, dengan matanya, dan tentu saja dengan hatinya.

Tari “Gadis Ringkih”, menurut Tiara, bercerita tentang gadis Palembang yang sedang mengayak beras, sambil menari. Tarian ini bisa dibawakan secara individu, tapi bisa juga dibawakan oleh lima penari. Biasanya tarian ini dibawakan untuk acara pernikahan, pergelaran seni.

Tiara mengaku, belajar menari sejak TK. Itulah sebabnya, gerak tari Tiara sudah luwes dan terasa menjiwai. Tarian pertama yang dia pelajati adalah tari “Rentak Tari”, yang diangkat dari lagu daerah Prabumulih. Kak Viki Reds Sone, adalah guru Tiara sejak kls 6. Sementara yang mengajari menari Tiara saata masih sekolah di TK, adalah perempuan yang biasa diasapanya Teteh Nia.

Sampai sekarang sudah banyak tarian yang sudah dikuasai oleh Tiara. Sebutlah, Gadis Ringkih, Rentak Tari, Senyum Minang Manis, Laila Canggung, dan beberapa tari kreasi baru.




Selain tari, seni suara dan seni musik juga dipelajari oleh Tiara. Maka tak heran jika suara Tiara cukup merdu. Sulung tiga bersaudara ini bilng, dia belajar menyanyi dari sang ibU, sementara belajar musik melalui les musik.

Hari-hari Tiara adalah hari-hari yang padat. Senin hingga Kamis, Tiara berada di sekolah selama sembilan jam, masuk pukul 07.00 dan pulang pukul 16.00 WIB. Itulah sebabnya, Tiara baru bisa memperdalam seni pada hari Jumat hingga Minggu. Hari Jumat dan  Sabtu dia pulang sekolah pukul 12.00, sehingga dia bisa mengambil ekstra kurikulerdi sekolah tempatnya belajar, SMP N I Prabumulih. Sedang di hari Minggu, Tara belajar bersama pelatih di rumah.

Beruntunglah Tiara, karena kedua orang tuanya mendukungnya, baik dalam menuntut ilmu maupun dalam mempelajari minatnya, terutama di bidang seni. Kedua orang tuanya tentu saja mempersilakan anak-anaknya, terutama Tiara untuk melengkapi diri mereka dengan kemampuan di luar statuisnya sebagai pelajar. Maklumlah, karena Tiara termasuk anak yang cerdas. Tiara bilang, sejak kelas I sampai kelas VI, selalu beroleh peringkat pertama. Nilai untuk matematikanya sejak kelas satu hingga kelas VI selalu di atas sembilan. Sati-satunya nilai yang berangka delapan (8) cuma pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.

Saat ditanya, kenapa kah Tiara suka seni, lulusan SD Prabumulih I ini mengatakan, “Seni itu bisa menghibur diri dan orang lain, kalau belajar terlalu sering harus diimbangi dengan seni.”

Selanjutnya, keinginan Tiara terbesar saat ini adalah ingin menari ditonton oleh Bapak Presiden. Tiara juga kepingin seperti Sandrina yang memenangi sebuah acara pencarian bakat di televisi, dan juga kepingin seperti Agnes Monica dalam olah suara.

Namun, meski Tiara getol dalam bernyanyi dan menari, dirinya tetap mengutamakan belajar. Katanya, dia kepingin seperti dokter Tompi, ya nyanyi juga jadi dokter. Tiara kepingin kelak punya pekerjaan tetap. “Jadi, kalau sudah nggak bisa nyanyi, masih punya uang, hehehe,” ujar Tiara.




Lantas seperti apa Tiara di mata salah satu gurunya? Menurut Pak Zul Kuspa, 50, guru seni budaya SMP 1 Prabumulih, Tiara itu pemberani di bidang seni, khususnya seni suara, musik, tari dan bahasa Inggris.

Namun, menurut Zul, bakat yang paling menonjol adalah dalam bidang menyanyi. Itulah sebabnya, setiap ada lomba menyanyi, Zul berusaha untuk mengusulkan kepada pihak sekolah agar mengirimkan Tiara. “Sejak Tiara masih di SD saya sudah tahu, waktu masuk SMP saya tinggal menyalurkan saja,” ujar Zul.

Berkait dengan penghargaan yang diterima oleh Tiara dari Kementrian Pendidikan dan Budaya, Zul mengungkap, “Pihak sekolah sudah menyiapkan syukuran, biasanya lewat upacara bendera, setelah itu ada upacara khusus, untuk memotivasi anak lainnya.”

Hmmm… tidak sia-sia saya harus menempuh ratusan kilometer hanya untuk menemui gadis kecil bernama Tiara Tarasati. Saya merasa banyak mendapat pelajaran justru dari bagaimana kedua orangtuanya mendidik anak-anaknya. Apa yang diperoleh Tiara kini, selain karena kasih sayang yang dilimpahkan kepadanya, menurut saya adalah karena doa-doa yang dilafalkan melalui dongeng oleh Dahril, tiap anak-anaknya menjelang tidur.

Terimakasih Pak Dahril, anda sudah memberikan ilmu yang hebat tentang bagaimana mendidik anak-anak dengan doa dan segenap kasih sayang. Semoga Allah memberi anda sekeluarga kebahagiaan selalu.

 

Catatan Kaki Jodhi Yudono

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *