Museum Singhasari Jadi Destinasi Baru di Malang

Museum Singhasari Jadi Destinasi Baru di MalangMuseum Singhasari yang baru diresmikan, Rabu (20/5) dan berada di kawasan Perumahan Singhasari Residence, Desa Klampok, Kecamatan Singosari, menjadi destinasi baru wisata di Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Malang, Made Arya Wedanthara, Sabtu mengatakan keberadaan museum budaya Singhasari tersebut diharapkan mampu mewujudkan visi misi Bupati Malang, Rendra Kresna, yakni “Madep Manteb” yang diantaranya adalah pengembangan pariwisata.

“Selain itu, museum ini juga mampu mengamankan benda-benda purbakala dan peninggalan bersejarah sebagai cikal bakal Kabupaten Malang dan sekitarnya, seperti arca, buku kuno, tombak dan keris serta artefak,” katanya.

Ia berharap keberadaan museum ini juga bisa meningkatkan potensi pariwisata sejarah di Kabupaten Malang.

Museum yang berlokasi di Singosari itu berdiri di atas lahan seluas lebih dari 2.000 meter persegi dan luas bangunan sekitar 1.000 meter persegi itu merupakan hibah dari pemilik Perumahan Singhasari Residence.

Anggaran pembangunan gedung museum menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Kabupaten Malang 2014 sebesar Rp3,3 miliar.

Sebelumnya, Bupati Malang, Rendra Kresna, mengatakan keberadaan Museum Singhasari tersebut kian melengkapi destinasi wisata utama, yakni pendidikan, budaya dan hiburan di Kabupaten Malang.

“Selama ini, yang menjadi primadona untuk lokasi wisata di Kabuapten Malang adalah pantai,” katanya.

Rendra mengatakan Museum Singhasari siap menampung benda-benda bersejarah milik masyarakat. “Benda bersejarah itu tetap menjadi hak milik masyarakat, museum hanya meminjam dan akan diberi nama pemilik sebagai koleksi,” katanya.

Ia mengakui siswa-siswi sekarang kurang meminati pelajaran sejarah, berbeda dengan siswa di negara maju, sejarah lebih penting, diminati dan sedang ngetrend.

Oleh karena itu, kehadiran Museum Singhasari tersebut diharapkan mampu memberi motivasi siswa untuk mencintai sejarah, tentu pola penataan koleksi yang menarik, seperti di negara-negara maju.

Saat ini, koleksi yang dimiliki Museum Singhasari ada beberapa. Selain diorama, beberapa koleksi museum yang dipajang adalah koleksi keluarga Bupati Malang ke-4 Notodiningrat yang dimasukkan dalam kotak kaca seperti keris, topeng, foto, tongkat, dan buku registrasi.

Pramuwisata yang memandu wisatawan di Museum Singhasari, Syarif, mengatakan pengunjung akan diberikan penjelasan dari hasil kurator museum.

“Tapi kalau generasi baru yang akrab dengan teknologi ada gamifikasi, dengan memencet tombol di layar, ada penjelasan dan gambar mengenai siapa Kertanagara, Whisnuwardhana, Anusapati dan Ken Arok,” katanya.

Sementara itu Ketua Asosiasi Museum Jawa Timur Dwi Cahyono mengatakan saat ini di Jawa Timur terdapat 36 museum, karena itu kehadiran Museum Singhasari kian melengkapi keberadaan museum di provinsi ini yang sifatnya tematik.

Apalagi, Museum Singhasari memiliki kekhususan dengan sejarah kerajaan Singosari, sehingga jika masyarakat atau wisatawan ingin mengetahui dari dekat tentang Singosari, museum Singhasari tempatnya.

“Secara umum peninggalan kerajaan Singhosari seperti artefak dan lainnya banyak berada di Belanda. Meski sifatnya hanya duplikasi, namun museum Singhasari sudah layak menjadi wahana untuk belajar, penelitian dan hiburan,” ujarnya.

Museum Singhasari juga akan dilengkapi dengan koleksi 54 arca dan patung warisan kerajaan Singosari yang diserahkan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Mojokerto.

Selain itu, sejumlah patung dan arca yang saat ini amsih bertebaran di wilayah Kabupaten Malang akan diambil dan dipajang di museum tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *