Ini Filosofi Harimau Menurut Dedi Mulyadi

Ini Filosofi Harimau Menurut Dedi MulyadiBupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengungkapkan harimau dalam peradaban masyarakat Sunda. Merupakan simbol penjaga hutan. Sementara hutan sendiri merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat Sunda. Sebab dengan kelestarian hutan, ketersediaan air yang menjadi sumber kehidupan menjadi terjamin.

“Dari hutan yang didalamnya terdapat mata air, lahirlah sungai, dari sungai tersebut lahirlah bendungan, dari bendungan itu, lahirlah peradaban pertanian, perikanan, pariwisata dan sumber kehidupan lain bagi masyarakat Sunda. Maka kemakmuran orang Sunda itu ditentukan oleh kelestarian hutan, hutan itu adanya di gunung. Hutan akan lestari kalau didalamnya ada harimau, karena tidak akan ada manusia yang berani merambah hutan,” jelas Dedi dalam sambutan, di Markas Rayon Militer 1123 Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut malam tadi Jum’at (31/3), saat menggelar acara peresmian patung harimau atau maung baru hasil sumbangan dari Bupati Purwakarta.

Simbol gunung sendiri menurut Dedi, sangat melekat dalam tradisi dan peradaban orang Sunda. Ini dibuktikan dengan bentuk “aseupan” (alat untuk menanak nasi yang terbuat dari anyaman bambu) yang bentuknya lancip mirip gunung. Sementara itu, setiap kali dalang membuka lakon wayang, pasti didahului dengan kemunculan “gugunungan”.

Dalam dialog singkat pendalaman konsepsi hutan sebagai sumber kemakmuran, Dedi berbagi strategi kepada Bupati Garut Rudi Gunawan dan Ketua DPRD Garut Ade Ginanjar yang juga turut hadir di lokasi acara peresmian tersebut.

Pria yang juga dikenal sebagai Budayawan Sunda itu menyebut dibutuhkan komitmen dan program strategis untuk menjadikan hutan sebagai “basic core” pembangunan di Jawa Barat. Langkah tersebut menurut dia dapat ditempuh dengan beberapa cara. Diantaranya, menjadikan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan untuk melakukan pemulihan hutan dengan cara penanaman kembali lahan yang telah gundul.

“Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan itu harus diangkat sebagai Tenaga Harian Lepas oleh Pemerintah. Tugasnya, setiap hari menanam pohon di lahan yang sudah gundul. Gajinya bisa Rp2,5 Juta sampai Rp3 Juta per bulan. Saya yakin, itu masyarakat yang biasa diminta oleh para orang kaya untuk merambah hutan, paling hanya dapat Rp1,5 Juta per bulan sudah bagus, kita pasang harga lebih besar,” tegasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *