Untuk Palestina Indonesia Harus Lebih Agresif

Untuk Palestina Indonesia Harus Lebih AgresifDalam rangka mendukung Palestina sebagai negara berdaulat, Indonesia mestinya berani mengambil langkah lebih agresif. Bahkan Indonesia harus berani konfrontatif dengan Israel dengan membuat langkah-langkah yang mengeliminasi dan menyempitkan ruang gerak dari zionis internasional itu.

Namun, harapan itu tampaknya Indonesia belum maksimal berperan dalam upaya terwujudnya kemerdekaan penuh negara Palestina.

Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menilai semua rezim yang ada masih terjebak kepada interpretasi yang pasif terhadap politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif khususnya terkait perjuangan mendukung kemerdekaan Palestina. Hal tersebut dapat dilihat dari kebijakan-kebijakan yang penuh dengan bahasa dalam kategori Indonesia disebut basa-basi.

Padahal, menurut Fahri, agresivitas politik Indonesia sangat dibutuhkan untuk menunjukkan eksistensi kita sebagai negara besar.

“Ada ketidakberanian untuk lebih agresif. Kita ini terlalu besar untuk pasif,” kritik Fahri Hamzah saat dihubungi Minggu (31/12).

Pernyataan Fahri tersebut merespons adanya desakan kepada Pemerintahan Jokowi agar segera membuka kantor diplomatik yaitu Kantor Kedutaan Besar RI di Palestina.

“Jangankan ada keberanian untuk membuka Kedutaan di Palestina, kita terhadap Mesir, terhadap dibukanya pintu Rafah melalui Mesir saja, kita enggak sanggup sehingga isolasi terhadap Gaza terus terjadi. Bahkan kalau kita bisa bilang di zaman inilah Donald Trump itu berani mengumumkan, mengambilalih dan mencaplok al-Quds, Yerusalem sebagai ibu kota Israel,” kata Fahri.

Menurut Fahri, kita harus mengambil akar dari politik luar negeri sejak zaman Bung Karno. Saat itu, dalam usia Indonesia yang sangat muda sudah merancang dialog-dialog global yang mau memerdekakan banyak bangsa di dunia.

Fahri mengajak kepada seluruh bangsa Indonesia bahwa khusus untuk Palestina merupakan utang Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaannya.

“Khusus untuk Palestina sebagai utang kita, bukan saja utang pak Jokowi tapi utang bangsa Indonesia. Tidak bisa Indonesia nampak pasif, tidak berani konfrontatif dengan Israel, tidak berani membuat langkah-langkah yang mengeliminasi dan menyempitkan ruang gerak dari zionisme internasional,” tegas Fahri.

Fahri berharap sikap Indonesia yang tidak mengakui negara Israel dan saat sekarang Israel malah mencaplok Yerusalem maka sebenarnya waktu yang tepat bagi Indonesia untuk mendekatkan diri dengan negara-negara OKI dan mengambil leadership negara-negara OKI OKI.

“Tapi sayang sekali kita masih bersifat lunak,” kata Fahri sembari menambahkan, dirinya tidak terlalu konsen dengan yang lain, tapi janji-janji politik ini utang yang harus segera dibayar.

Sebelumnya, Wakil Ketua Fraksi PPP, Irgan Chairul Mahfiz mendesak Pemerintah Jokowi-JK segera membangun kantor Kedutaan Besar Indonesia di Palestina. Hal itu disampaikan Irgan saat Refleksi Akhir Tahun 2017 dan Proyeksi Tahun 2018 Fraksi PPP DPR, di Media Cender DPR, Jakarta, Kamis (28/12) lalu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *