Salah Pilih Cawapres, Nasib Jokowi Bisa Lebih Buruk dari SBY

Salah Pilih Cawapres, Nasib Jokowi Bisa Lebih Buruk dari SBYPDIP telah secara resmi mengumumkan Joko Widodo sebagai figur yang akan diusung sebagai capres di Pilpres 2019. Pengumuman ini semakin memantapkan dukungan parpol terhadap Jokowi, sebelumnya Partai Golkar, Partai Hanura dan Partai Nasdem juga sudah mengumumkan hal serupa.

“Setelah memastikan dukungan PDIP, tentu yang tidak kalah penting adalah menentukan figur calon wakil presiden. Berbagai pihak menyuarakan yang layak mendampingi Jokowi adalah sosok ekonom karena selama ini pemerintahan Jokowi memiliki sisi kelemahan di bidang ekonomi.

Namun, menurut Sya’roni, yang perlu diperhatikan oleh Jokowi adalah jangan sampai mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan oleh SBY saat memilih Budiono sebagai Cawapresnya. Suasana kebathinan Jokowi saat ini hampir mirip dengan SBY kala itu, yakni sama-sama diliputi optimisme yang super tinggi sehingga tidak masalah disandingkan dengan siapapun, bahkan bila disandingkan dengan sandal jepit pun optimis akan tetap menang.

“Memang di laga Pilpres 2009, pasangan SBY-Boediono berhasil memenangkan kompetisi Pilpres. Namun meskipun menang, SBY selama 5 tahun kepemimpinan keduanya tidak bisa menikmati pemerintahan, karena harus menghadapi gelombang demonstrasi yang menghendaki diusutnya Boediono terkait dengan skandal bail-out Bank Century,” ungkapnya.

Boediono yang tadinya diharapkan berkonstribusi mengangkat perekonomian nasional ternyata selama 5 tahun menjadi beban SBY. Dan akhirnya pun pemerintahan SBY ditutup dengan pertumbuhan ekonomi yang menurun. Itulah akibatnya bila salah dalam memilih Cawapres.

Demikian halnya Jokowi, bila salah dalam memilih Cawapres juga bisa mengalami nasib yang serupa, bahkan bisa lebih tragis yakni bisa kalah dalam Pilpres 2019. Karena sejumlah survei menyatakan elektabilitas Jokowi semakin menurun karena dipicu oleh ketidakpuasan publik terhadap pembangunan ekonomi.

Bila Jokowi ingin didampingi oleh sosok ekonom, maka harus mencari figur baru di luar Kabinet Kerja. Karena punggawa utama tim ekonomi Kabinet Kerja sudah terbukti gagal mengerek pertumbuhan ekonomi. Data berbicara dari tahun 2014 hingga 2017 pertumbuhan ekonomi ajeg di angka 5 persenan. Inilah angka pertumbuhan ekonomi berturut-turut dari 2014 hingga 2017 yakni 5,02 persen, 4,88 persen, 5,02 persen dan 5,07 persen.

Selain prestasi yang buruk, para punggawa utama tim ekonomi Jokowi juga diduga terlibat skandal Bank Century. Sehingga dikhawatirkan bisa kembali menyulut aksi besar-besaran sebagaimana yang pernah terjadi di era SBY dimana Wapres Boediono juga diduga terlibat dalam skandal Bank Century.

Dan yang terparah, para punggawa utama tim ekonomi Jokowi adalah pengikut mazhab Neolib dimana dalam kebijakannya selalu menggencet rakyat dengan berbagai pencabutan subsidi dan kebijakan lainnya yang tidak pro rakyat kecil. Meskipun di jajaran menteri ekonomi ada yang menerima penghargaan sebagai menteri terbaik di dunia namun diduga kuat penghargaan tersebut bukan karena faktor prestasi yang ditorehkan.

Boleh saja Jokowi super optimis akan memenangkan Pilpres 2019, namun bila salah dalam memilih cawapres bisa bernasib lebih buruk dari SBY. Oleh karena itu, bila Jokowi ingin didampingi sosok ekonom maka carilah figur yang pro ekonomi kerakyatan. Yakni figur yang mampu mengangkat pertumbuhan ekonomi melesat tinggi dengan mengandalkan basis-basis ekonomi kerakyatan. Dan maaf, ekonom tersebut saat ini tidak ada dalam tim ekonomi Kabinet Kerja.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *