Setoran Rp20 M Daftar Caketum Golkar Langkah Awal yang Salah

Setoran Rp20 M Daftar Caketum Golkar Langkah Awal yang SalahMencuatnya usulan biaya pendaftaran calon ketua umum Partai Golkar sebesar Rp20 miliar di Musyawarah Nasional Luar Biasa terus menuai pertentangan. Ketua DPP Partai Golkar hasil Munas Bali, Ahmad Doli Kurnia, terang-terangan menolak keras dan mendesak agar rencana itu jangan sampai terjadi karena menunjukkan hal yang sangat buruk.

“Bila benar panitia pengarah Munaslub menetapkan kebijakan adanya setoran dari para calon kandidat ketua umum, apalagi besarnya Rp20 miliar, itu menandakkan panitia tidak punya konsep untuk mewujudkan pelaksanaan Munaslub yang berkualitas,” ujar Doli, Rabu (13/4).

Doli menyatakan alih-alih menindaklanjuti penjajakan kerja sama dengan KPK, PPATK, dan lembaga lain yang bisa membantu mewujudkan Munaslub yang bersih dan bebas politik uang, malah langkah awalnya saja sudah salah memulai dengan isu uang.

Panitia, ujar Doli, seakan tidak ingin membawa perubahan benar-benar terjadi di tubuh Partai Golkar. Sejak awal penetapan Munas sebagai penyelesaian konflik, semua kader berkeinginan bahwa Munaslub nanti juga harus dijadikan momentum untuk mengoreksi seluruh kelemahan dalam menata organisasi di masa sebelumnya.

“Salah satunya adalah menjauhkan proses pengambilan kebijakan partai dari hal-hal yang berbau uang dan transaksional,” kata Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Riau ini.

Menurut Doli, dengan adanya kebijakan setoran tersebut, artinya sama saja dengan melegalkan berkembangnya budaya uang dan transaksional yang selama ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan sekarang mulai dijadikan sebagai kebiasaan terbuka.

Padahal sejak awal Munas ini digagas, lanjut dia, semua kader Golkar ingin bahwa pertarungan para calon ketua umum adalah dengan mengedepankan pertarungan gagasan, ide, konsep, serta inovasi dalam mengembangkan dan memajukan partai.

Kemudian juga perlu dipahami bahwa budaya setor menyetor untuk menjadi pemimpin organisasi sangatlah tidak lazim, apalagi khususnya dalam organisasi politik. Doli mengingatkan bahwa politik itu adalah panggilan, pengabdian, dan perjuangan.

“Jadi bagaimana logikanya, orang yang merasa terpanggil karena punya tanggung jawab, orang yang ingin mengabdi dan berjuang disuruh setor atau bayar? Sangat tidak masuk akal!” tutur dia.

Kedua, kata Doli, apabila kebijakan ini dibiarkan terjadi, maka akan terus menjadi yurisprudensi dan diterapkan pada periode berikutnya. “Dan ‘penyakit’ ini sangat mungkin berlanjut ke bawah, ke DPD hingga ke kecamatan dan desa,” lanjutnya.

Dampak dari itu, Doli mengingatkan bahwa dalam jangka panjang Golkar akan sangat sulit melahirkan kader-kader yang punya kapasitas kepemimpinan yang kuat, memiliki kecerdasan secara konseptual, serta punya kemampuan artikulasi dan membangun jaringan.

“Karena akan selalu kalah dengan orang yang hanya punya banyak uang. Dan ujungnya Golkar berwujud menjadi partai tanpa ideologi, tanpa doktrin, dan tanpa kaderisasi.”

Ketiga, tambah Doli, angka Rp20 miliar itu sangatlah besar. Dia mempertanyakan darimana seseorang bisa “membuang” uang sebesar itu untuk sebuah “political game” kalau tidak memiliki kekayaan yang luar biasa atau yang memiliki orientasi kepentingan tertentu yang sangat besar.

“Nah, yang bisa melakukan itu adalah hanya pengusaha kaya yang belum tentu atau pasti tidak mempunyai motif perjuangan politik partai,” ucap Doli.

Sebaliknya, ujar dia, bila bukan dari kalangan pengusaha maka patut dipertanyakan dari mana asal muasal uang itu. Jadi, alasan adanya kebijakan setoran itu untuk mengurangi kegiatan “bagi-bagi” kandidat kepada para pemegang hak suara tidaklah relevan.

Doli mengimbau kalau panitia tidak punya uang untuk menyelenggarakan rangkaian kegiatan yang begitu padat menjelang Munas, sebaiknya disampaikan saja ke seluruh keluarga besar Golkar dan dilaksanakan kegiatan fund rising.

“Kami anak-anak generasi muda Partai Golkar sudah mulai melakukan gerakan mengumpulkan dana untuk penyelenggaraan Munas yang berkualitas dan bersih. Mungkin bisa diikuti yang senior dan simpatisan partai yang lain,” tutur inisiator Generasi Muda Partai Golkar ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *