Jokowi Lawan Tangguh Partai Lain

Jokowi Lawan Tangguh Partai LainAKSI. Munculnya fenomena pendukung Jokowi lebih banyak dipengaruhi dinamika PDI Perjuangan dan Pengalaman dua periode kekuasaan sejak tahun 2004 sebagai kekuatan oposisi tentu berpengaruh terhadap motivasi kader-kader PDI Perjuangan untuk kembali berkuasa, dan Jokowi dianggap sebagai jalan yang tepat untuk kepentingan itu.

Hal tersebut dikemukakan oleh Reza Hariyadi, pengamat politik, kandidat doktor ilmu politik UI, saat di hubungi kami di kediamanya. Jakarta (13/3).

“Saya kira munculnya fenomena pendukung jokowi lebih banyak dipengaruhi dinamika internal pdip yang menangkap momentum pilpres. Namun demikian, mereka juga harus memahami bahwa Jokowi punya kontrak politik dg warga Jakarta yang harus dihormati,” ungkap Reza.

Reza melanjutkan, tren survey yang diselenggarakan menunjukan popularitas dan elektabilitas jokowi yang tertinggi. “Saya kira Jokowi akan menjadi lawan tertangguh jika berhasil memperoleh tiket dukungan partai sebagai Capres,” tutur Reza

Ketika kami tanya , capres dari partai mana yang akan muncul sebagai pesaing berat Jokowi.

“Kalo berdasarkan proyeksi suara partai, capres dari Gerindra dan Golkar akan muncul sebagai pesaing Jokowi,” jawab Reza.

“Karena itu, Jokowi harus mulai memikirkan tentang kandidat cawapres pendampingnya yang tidak hanya ikut mendongkrak elektabilitasnya, tetapi juga memperkuat kepemimpinannya, dengan figur strong leadership guna menghadapi turbulensi politik pasca pilpres” lanjut Reza.

Reza mengatakan, Cawapres yang cocok untuk menjadi pendamping Jokowi ialah dari latarbelakang militer akan menjadi kombinasi yang melengkapi kapasitas kepemimpinanya.

Reza meneruskan, di antara sekian banyak purnawirawan militer, Ryamizard Ryacudu memenuhi kriteria pemimpin dengan track record yang bersih, karakter tegas, visi kebangsaan yang kuat dan termasuk tipikal strong leadership.

“Hal ini penting mengingat pasca pilpres kita akan dihadapkan problem domestik yang pelik seperti persoalan stabilisasi politik, pemerataan ekonomi, efektifitas penyelenggaraan birokrasi pemerintahan, penegakan hukum, serta masalah peningkatan suhu politik kawasan akibat persaingan pengaruh negara-negara besar di asia-pasifik,” tutup Reza. (gun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *