Eka Santosa: Partai Sebagai Alat Bukan Tujuan

eka santosaEka Santosa (58) politisi Jawa Barat, Minggu dini hari (4/6/2017) akhirnya diberi mandat sebagai Ketua DPW Partai Berkarya. “Mandatnya malam ini sedang dalam perjalanan ke Pasir Impun dari Ibu Neneng,” papar Eka yang kini masih melekat sebagai Ketua Umum Gerakan Hejo. Yang dimaksud Ibu Neneng itu, tak lain Ketua Umum Partai Berkarya, Neneng A . Tutty, SH,

Partai Berkarya adalah besutan Hutomo Mandala Putra (HMP) atau dikenal Tommy Soeharto. Resminya partai baru ini bernama Partai Berkarya, dan sudah mendapat pengakuan dari Kementerian Hukum dan HAM pada tanggal 13 Oktober 2016. Putra Presiden Kedua Soeharto, HMP, duduk sebagai ketua Dewan Pembina Partai Berkarya. ini merupakan kelanjutan dari pembaharuan dan kerja sama antara Partai Nasional Republik dengan Partai Beringin Karya.

Bagi Eka Santosa yang lama malang melintang sebagai politisi Jabar dan nasional, paling umum ia dikenal sebagai Ketua DPRD Jabar (1999 – 2004), DPR RI (2004 – 2009), belanjut sebagai Ketua DPW Partai NasDem (2013 2015). Aktivitas lainnya yang cukup melekat pada dirinya – selama ini ia dikenal sebagai Ketua Umum Gerakan Hejo, Ketua Forum DAS (Daerah Aliran Sungai) Citarum, dan Sekjen (Duta Sawala) BOMA (Baresan Olot Masyarakat Adat) Jabar.

Tugas Utama Partai

“Ini hal yang positif bagi warga Jabar. Tentu ada proses panjang sebelumnya.Tentu tidak ujug-ujug tokh? Kenapa tidak? Partai yang beritikad baik bagi warga Jabar dan Indonesia, kita dukung,” begitu ujar Eka kala ditanya para awak media – dasar perimbangan bergabung ke partai ini?

Tak dipungkiri pemberian mandat ini bagi Eka punya konsekuesi berat:”Yang utama tugas berat itu, bagaimana agar partai ini lulus verifikasi. Ini saya sadari betul, harus serius digarap.”

Ditelisik lebih jauh dasar pertimbangan bergabung ke Partai Berkarya:”Kebutuhan Jabar untuk mengembalikan kedaulatan pangan, di antaranya. Kita tahu melalui Tri Logi Pembangunan, bisa saja kita ambil manfaat terbaiknya, dipadukan dengan Tri Sakti pada era Bung Karno,” paparnya sambil menambahkan – “Fenomena kerusakan lingkungan, dehumanisisi, dan krisis kepemimpinan, kembali, mengapa tidak kita support?”

Lebih jauh menurut Eka, ditanya dalam konteks “kekuasaan” untuk partai ini:”Sekali lagi ya, diskusi dan kontemplasinya cukup lama. Bagi saya partai ini sebagai alat, bukan tujuan meraih kekuasaa. Tujuannya, bagaimana mensejahterakan rakyat, dan menseleksi kepemimpinan. Tag line sederhananya – , Berkarya untuk Jabar, dan Jabar untuk Indonesia.” (HS/SA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *