Airlangga Masuk Bursa Wakil Presiden di Pemilu 2019

Airlangga Masuk Bursa Wakil Presiden di Pemilu 2019Nama Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto mulai disebut-sebut sebagai bakal calon wakil presiden untuk Pemilu 2019. Pengganti Setya Novanto di pucuk pimpinan Golkar itu dinilai pas menjadi pendamping Presiden Joko Widodo.

Dalam pandangan pengamat politik Sya’roni, wacana memunculkan Airlangga sebagai calon wakil presiden menunjukkan kepercayaan diri Golkar. Ketua Presidium Perhimpunan Masyarakat Madani (Prima) itu mengatakan, wacana mengusung Airlangga juga menunjukkan mesin politik Golkar mulai menggeliat.

“Di bawah kepemimpinan AH (Airlangga Hartarto, red) kerja-kerja politik mulai digenjot untuk menyongsong kompetisi elektoral di 2018 dan 2019,” kata Sya’roni kepada JPNN, Minggu (4/2).

Lebih lanjut Sya’roni mengatakan, kerja-kerja politik Golkar di bawah kepemimpinan Airlangga sudah membuahkan hasil. Indikatornya adalah elektabilitas Partai Golkar sudah melejit.

“Yang tadinya terpuruk di kisaran sepuluh persen, sekarang bertengger di 15,5 persen,” ungkap Sya’roni.

Selain itu, Sya’roni menambahkan, kemunculan nama AH sebagai salah satu cawapres membuktikkan publik mulai melirik kepiawaian menteri perindustrian itu dalam memimpin Partai Golkar. “Sehingga layak untuk dipromosikan menjadi cawapres,” ujarnya.

Karena itu Sya’roni mengatakan, jika Golkar mau mengusung Joko Widodo di Pilpres 2019 maka sudah semestinya menyodorkan Airlangga sebagai calon wakil presidennya. “Airlangga Hartarto berasal dari partai besar sehingga dapat memberikan konstribusi suara yang besar,” katanya.

Lantas bagaimana dengan peluang Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan yang juga disebut sebagai cawapres kuat pendamping Jokowi? Sya’roni memandang BG sebagai representasi PDI Perjuangan sehingga kurang tepat jika menjadi cawapres bagi Jokowi yang juga kader partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu.

Selain itu, kata Sya’roni, masih banyak kader-kader di PDIP yang lebih layak menjadi cawapres. “Sebut saja, misalnya Puan Maharani, Tjahjo Kumolo, Pramono Anung, dan lain-lain,” pungkas Sya’roni.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *