5 Tahun Kedepan Diperkirakan Penjualan Kendaraan Penumpang Membaik

5 Tahun Kedepan Diperkirakan Penjualan Kendaraan Penumpang MembaikKonsultan bisnis global, Ipsos Business Consulting meyakini penjualan kendaraan penumpang di Indonesia akan kembali atraktif dalam lima tahun ke depan setelah terpuruk pada tahun lalu. Kondisi sebaliknya justru terjadi pada kendaraan niaga jenis truk dan bus, serta motor, di mana penjualannya diprediksi melambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Dalam hasil risetnya, Ipsos meramalkan penjualan kendaraan penumpang akan menembus 11,8 juta unit pada 2020 atau tumbuh rata-rata 6,8 persen per tahun setelah pada tahun lalu minus 16,1 persen.

Sementara untuk kendaraan niaga diperkirakan terjual 87,3 juta unit pada 2020 atau tumbuh rata-rata 4,8 persen. Berdasarkan jenisnya, pertumbuhan penjualan truk ditaksir berkisar 3,5 persen per tahun, sedangkan penjualan bus diperkirakan tumbuh rata-rata 1,9 persen per tahun.

Khusus untuk kendaraan bermotor roda dua, Ipsos memperkirakan pertumbuhan penjualannya rata-rata hanya 4,8 persen per tahun hingga 2020 setelah sebelumnya minus 175 persen pada 2015.

Markus Scherer, Global Automotive Head IPSOS Business Consulting menilai penjualan kendaraan penumpang dan komersial kemungkinan besar masih akan terpusat di Jakarta hingga 2020. Sementara permintaan kendaraan di kota-kota kecil diperkirakan baru akan meningkat baru pada dekade berikutnya.

“Di segmen kendaraan penumpang, mobil murah dan ramah lingkungan (LCGC) akan mengalami pertumbuhan paling cepat, yakni diperkirakan pertumbuhannya 8,1 persen per tahun hingga 2020,” ujar Scherer di Hotel The Ritz-Carlton Kuningan, Jakarta, Kamis (31/3).

Untuk kendaraan niaga jenis truk, Scherer mengatakan truk kategori ringan berbahan bakar bensin diyakini tumbuh 4,6 persen per tahun dan akan menjadi yang tercepat di segmennya.

Sementara untuk segmen bus, bus berukuran medium diharapkan tumbuh 3,2 persen per tahun hingga 2020 dan menjadi yang paling pesat akselerasinya di segmen tersebut.

Prediksi pasar otomotif itu, kata Scherer, dibuat dengan memperhitungkan pula potensi pertumbuhan ekonomi nasional. Menurutnya, dengan produk domestik bruto (PDB) diperkirakan mencapai US$1,3 triliun pada 2020, maka kota-kota besar di Indonesia akan menjadi motor penggerak ekonomi yang lebih seimbang dan memberikan peluang baru.

Berdasarkan asumsi PDB tersebut, Ipsos meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata akan berkisar 7,7 persen per tahun hingga 2020.

“Pertumbuhan populasi usia kerja akan memainkan peran kunci dalam mendorong konsumsi baru. Untuk itu, memastikan pertumbuhan ekonomi yang lebih merata di seluruh negeri akan menjadi tantangan utama bagi pemerintah pada tahun-tahun mendatang,” tuturnya.

Peta Bisnis Otomotif

Scherer menuturkan kendaraan-kendaraan pabrikan Jepang masih akan mendominasi pasar otomotif nasional. Pasalnya, prinsipal Jepang punya sejarah panjang dalam pengembangan pasar otomotif Indonesia, didukung oleh portfolio usaha yang komprehensif dan jaringan pemasaran yang luas.

Kendaraan keluarga multiguna (MPV) diyakini Scherer masih akan merajai pasar dengan estimasi penjualan mencapai 492 ribu pada 2020, dengan perkiraaan rata-rata pertumbuhan 7,7 persen per tahun.

LCGC sebagai pendatang baru penjualannya diyakini meroket dalam lima tahun ke depan, dimana pada 2020 sebanyak 244 ribu unit LCGC baru diyakini meramaikan jalan-jalan di Indonesia.

Dari sisi kebijakan, Ipsos menyoroti kebijakan pemerintah Indonesia yang mendorong penggunaan bahan baku dan komponen lokal yang lebih tinggi dalam proses produksi kendaraan.

Untuk itu, “hati-hati dalam memaknai kebijakan TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) dan memahami relevansi dari kebijakan itu sebelum masuk ke pasar,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *