Porsche World Roadshow 2015 Indonesia, Berhentilah Bermimpi

Porsche World Roadshow 2015 Indonesia, Berhentilah BermimpiJumat pagi yang cerah  di Sirkuit Sentul di Kabupaten Bogor ada kesibukan luar biasa di sini ketika deretan mobil sport papan atas dunia, Porsche, berdatangan dan rapi diparkir di luar paddock.

Mulai dari gapura depan Sirkuit Sentul, berkibaran penjor-penjor putih besar dengan tujuh huruf hitam mencolok mata: PORSCHE, ditingkahi kata-kata World Roadshow 2015.

Penjor-penjor itu menjadi pembimbing jurnalis yang akan mengikuti Porsche World Roadshow 2015 di mana Indonesia mendapat kehormatan sebagai negara kedua penyelenggara untuk kawasan Asia.

Memasuki arena, dekat lapangan parkir utama ada dua tenda putih besar yang dibangun khusus di luar kompleks paddock itu, dengan baliho besar warna putih yang juga didominasi mobil sport mewah itu.

Di depannya, sudah berdiri kokoh Porsche 911 GT3 RS berwarna jingga terang dalam keadaan spoiler belakang tegak. Spoiler ini keluar dari “rumah”-nya di buritan jika mobil meluncur dalam kecepatan tinggi.

Satu demi satu dari 22 mobil yang akan dicoba hanya sedikit jurnalis otomotif Indonesia hadir dan dijejerkan sesuai kelasnya, mulai dari seri Porsche Cayenne, Macan, dan Panamera yang four seaters, seri 911, Boxters, dan Cayman. Yang absen cuma seri 918.

Semula seperti biasa, barisan Porsche itu meluncur menuju lokasi parkir sebelum rombongan wartawan  tiba. Namun kemudian mata menangkap: semuanya setir kiri.

Benar, semua mobil sport yang akan dicoba jurnalis dalam ajang Porsche World Road Show 2015 di Indonesia kali ini diimpor khusus oleh PT Eurokars Artha Utama, sebagai pemegang merek Porsche di Indonesia.

“Sebelum di Indonesia, mereka hadir di Mongolia karena di sana pasar yang cukup menjanjikan bagi Porsche. Setelah Indonesia, mereka akan diterbangkan ke Manila, Filipina,” kata Manajer PR PT Eurokars Artha Utama, Salman Al Hakim.

Registrasi dan briefing singkat tentang “do and don’t” selama uji kendara ini dijelaskan, sedangkan wartawan dibagi ke dalam empat kelompok, yang ditandai warna pita kartu identitas: biru, kuning, merah, dan hijau. Kemudian, empat instruktur yang dihadirkan khusus PT Eurokars Artha Utama dengan dukungan penuh dari Porsche Asia Pacific dan Porsche AG di Stuttgart, Jerman.

Keempat instruktur yang semuanya berlatarbelakang pembalap profesional itu adalah Paul (tim merah), Sebastian (tim kuning), Axel (tim biru), dan Wim (tim hijau). Mereka telah berdiri sigap saat Managing Director Porsche Indonesia Christopher Choi memberi briefing pendahuluan.

“Penting bagi kami, semua pengemudi Porsche merasa aman dan mengutamakan keselamatan berkendara, karena itu kami mengingatkan terlebih dahulu prosedur keselamatan dan cara serta gaya mengemudi yang benar,” kata Choi.

Porsche Boxster GTS cabriolet dijadikan model.

Dia juga menyatakan hal pokok dari Porsche World Road Show 2015 di Indonesia —sebelumnya pada 2004—, bahwa “Kali ini Porsche menawarkan pengalaman mengendarai seluruh model kendaraan untuk lebih mengenal brand, tradisi, dan juga nilai inti dari Porsche.”

Cukup detil prosedur dan pengenalan instrumen serta fitur di dalam Porsche dikenalkan kepada jurnalis, termasuk Porsche Stability Management yang sangat tipikal Porsche.

Ini jadi poin cukup menarik yang akan dirasakan kegunaannya pada saat unjuk kemampuan Porsche di arena aspal Sirkuit Sentul.

Selanjutnya kelas dimulai. Sebastian yang menjadi instruktur tim kuning membawa jurnalis ke ruang di dalam paddock yang disulap menjadi ruang kelas, dengan materi pertama posisi berkendara alias seating position yang masuk dalam kategori handling.

Dia menjelaskan berbagai hal terkait teknik menginjak gas, mengambil dan keluar dari tikungan, hingga menentukan besaran sudut paling optimal dalam menundukkan tikungan.

Cukup masuk akal jika pemilik Porsche ingin mengeksploitasi kemampuan sesungguhnya mobil sport yang juga tampil pada performa maksimalnya dalam kondisi kemacetan luar biasa sebagaimana di Jakarta.

“Betul, Porsche bisa dipakai harian, bukan cuma akhir pekan saat lalu-lintas lega. Tidak over-heating,” kata Salman.

Karena itulah, “materi dasar” ini dipandang Porsche AG dengan mitra-mitra internasionalnya menjadi wajib diberikan kepada pengendara Porsche.

Seusai sesi kelas dan tanya jawab, Sebastian yang gemar bercanda tanpa menghilangkan nilai keseriusan saat memberi instruksi, menyilakan para jurnalis masuk kabin kemudi Porsche sport yang disediakan. Mulai dari seri 911, Cayman, dan Boxster, dengan deru mesin yang cukup senyap untuk kemampuan daya yang di atas 350 hp itu.

Mobil yang dicoba pertama adalah Porsche Carrera 4 berkelir hitam. Dari tampilannya, aura kencang dan nyaman-mewah sangat terasa, apalagi setelah duduk di balik roda kemudi dan menyetel sesuai postur tubuh dan gaya mengemudi.

Sebastian ada di mobil paling depan sebagai pemandu dan akan menaikkan kecepatan jika memang dianggap perlu sehingga mobil-mobil di belakang bisa lebih dieskplorasi lagi performanya.

Benar, mesin berdaya 350 hp-nya memberi dorongan yang cukup lembut namun bertenaga pada awalnya walau dia berkonfigurasi mesin di belakang.

“Keuntungan mesin di belakang, operan tenaga bisa seketika,” kata Sebastian. Begitu masuk jalur lurus pertama, kecepatan bisa dikembangkan sampai nyaris 100 kilometer per jam, dan tidak usah direm menjelang tikungan kanan perdana.

Injak saja gas “puncak” tikungan pertama itu, dan Porsche 911 Carrera 4 itu langsung melejit di atas 4.000 rpm, di atas 110 kilometer per jam dan mulailah atmosfer sport didapat.

Walau cukup cepat, namun handling di tangan sangat mantap, roda kemudi tidak terlalu ringan dan mudah diarahkan secara baik. Suspensi depan dan belakang memberi jaminan mobil tidak mudah lari dari jalurnya.

Ini berkat suspensi depan tipe MacPherson yang dikembangkan khusus oleh Porsche di mana roda depan didukung link pengubah melintang, dan link longitudinal, per lingkar dengan peredam internal. Di belakang, roda diberi sistem suspensi independen lima tautan, per keong dengan pendukung koaksial, dan peredam internal.

Porsche menyatakan, sistem rem yang dikembangkan sangat mumpuni dan ada beberapa tipe yang memakai piringan rem dan sepatu rem dari keramik.

Untuk Porsche 911 Carrera 4 cabriolet ini, sistem rem dibagi ke dalam dua sirkuit terpisah, yaitu depand dan belakang dengan “otak” pada Porsche Stability Management, diperkuat lagi dengan booster rem vakum, dan fungsi auto-hold.

Menaklukkan tikungan dengan teknik yang diberikan Sebastian, membuktikan bahwa cara itu efisien dan efektif.

Lintasan aspal Sirkuit Sentul yang di sana-sini banyak mengelupas bukan alasan cukup untuk tidak mendayagunakan teknik ini sehingga “rasa” Porsche-nya bisa dikeluarkan secara cukup maksimal.

Dalam fungsi transmisi automatik mobil ini sangat mumpuni, dan sensasi berkendara dalam mode transmisi manual bisa memberi nilai lebih, baik itu dari sisi akselerasi, pengereman dari mesin jika kecepatan ada pada angka yang tidak mungkin dicapai secara normal di jalan tol —bahkan dalam kondisi sepi sekalipun— maupun sekadar ingin mendengar gelegar suara mesin di belakang.

Sebastian mengawasi iringan mobil secara terampil dan melalui radio genggam, dia kerap memberi instruksi dan koreksi jika memang perlu dilakukan. Jarak lintasan 4,12 kilometer rasanya cepat sekali ditempuh dan tiba-tiba mobil harus masuk paddock lagi untuk berganti pengendara.

Tiap mobil dinaiki dua jurnalis, satu sebagai pengikut dan yang lain duduk di kiri sebagai pengendara. Begitu terus bergantian sehingga semua jurnalis merasakan sebagai pengikut dan sebagai pengendara.

Begitu berganti posisi sebagai pengikut di kursi kanan, ingatan melayang pada saat briefing akan dimulai.

Penyelenggara Porsche World Road Show 2015 di Indonesia memutar video tentang impian dan nilai Porsche.

Yang cukup meninggalkan ingatan adalah: berhentilah bermimpi… mulailah mengemudi… dan itu pastinya Porsche.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed