Perangi Bahaya Proxy War

Pusat Penerangan (Puspen) atas nama negara mari bersama kita memerangi bahaya Proxi War. Karena dengan bersatu akan banyak yang kita perbuat untuk bangsa dan negara, dan kuatkan ukhuwah Islamiah dengan tidak memperbesar perbedaan tetapi memperbesar kebenaran karena kalau kita mudah diadu domba maka proxy war akan berhasil. Demikian disampaikan salah satu perwakilan elemen masyarakat dari tokoh agama H. Umar Dimyati saat acara Sosisalisasi bahaya Proxi War yang diselenggarakan oleh Puspen TNI di Balai Wartawan Gedung I Gusti Ngurah Rai Puspen TNI Cilangkap Jakarta Timur, Rabu (30/3/2016).

Acara dialog yang mengambil tema mewaspadai proxy war sebagai ancaman bangsa Indonesia dalam rangka menjaga keutuhan dan kedaulatan negara kesatuan republik Indonesia berlangsung sangat menarik dimana para peserta yang hadir sangat antusias dalam memberikan tanggapan dan saran terkait bahaya proxy war. Dialog tentang proxy war tersebut dipandu oleh moderator puspen TNI yaitu Letkol Heddy Sakti dan Sertu Fitri.

Sebelum acara dialog dimulai para peserta mendapat peparan dari Wakapuspen TNI Laksma TNI Petrus Padmardjo mengenai proxy war. Dalam kesempatan tersebut Wakapuspen TNI mengatakan bahwa perang proxy atau proxy war adalah sebuah konfrontasi antara dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung dengan alasan untuk mengurangi resiko konflik langsung yang beresiko pada kehancuran fatal.

“Proxy War tidak dapat dikenali dengan jelas siapa kawan dan siapa lawan karena musuh mengendalikan non state actors dari jauh dimana negara musuh akan membiayai semua kebutuhan yang diperlukan oleh non state actors dengan imbalan mereka mau melakukan segala sesuatu yang diinginkan penyandang dana untuk memecah belah kekuatan negara yang menjadi sasarannya”, ujar Wakapuspen TNI.

Lebih lanjut Wakapuspen TNI menjelaskan mengenai Bentuk-bentuk proxy war yang sering terjadi dan dapat dengan jelas kita lihat antara lain, menjadikan Indonesia sebagai pasar narkotika dan obat-obat terlarang serta menghancurkan generasi mudanya lewat narkoba, dan Menciptakan eforia di kampus agar mahasiswanya meninggalkan kampus, tidak belajar, ketagihan pesta, turun demo dan bertengkar. ’’Perang proxy lebih berbahaya dari pada perang fisik’’ ucap Laksma Petrus.

Selanjutnya menanggapi paparan dalam dialog tersebut Humas dan Dosen Universitas Respati Indonesia Rim Muktiyorini mengatakan bahwa saat ini rasa memiliki terhadap bangsa Indonesia sangat kurang contohnya banyak generasi muda yang tidak hafal dengan Pancasila, ini yang harus kita tingkatkan kembali terutama tentang Penataran P4 sangat diperlukan untuk dapat menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab sebagai warga negara Indonesia.

Sementara itu, pendapat senada juga disampaikan Seto Sekjen FKPPI Jaktim mengatakan bahwa kita sebagai warga negara Indonesia kurang memiliki rasa kepedulian karena sudah telah disusupi oleh Proxi War tersebut.

Para Istri Prajurit Mabes TNI yang terwadahi dalam organisasi IKKT Pragati Wira Anggini Cabang 10 Puspen TNI yang diwakili oleh Ny. Ruth Samsirin juga memberikan tanggapan bahwa hal yang paling pokok dalam membentengi atau menangkal Proxi War adalah keluarga dengan cara melakukan pendidikan keagamaan di rumah, tidak mudah terprovokasi dan semakin waspada dalam menyikapi segala sesuatu yang berbau ancaman.

Diakhir acara, Wakapuspen TNI berharap dapat diperoleh informasi dan strategi dalam menghadapi proxy war agar dapat saling mengingatkat tentang bahaya proxy war. Kita harus ingat bahwa Indonesia adalah negara besar yang memiliki sumber hayati yang sangat besar dan menjadi incaran Negara-negara besar.

Acara tersebut dihadiri oleh 94 undangan terdiri dari staf kehumasan dari beberapa Perguruan Tinggi, SMU/SMK, FKPPI, FBR, Pemuda Pancasila, Dewan Dakwah Islamiah, Pengurus Gereja, Pondok Pensatren, Pengurus IKKT Cabang 10 Puspen TNI dan personel orgnaik Puspen TNI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed