Ancaman Pandemi Virus Ganas: Pemerintah Harus Waspada dan Siaga

Ancaman Pandemi Virus Ganas: Pemerintah Harus Waspada dan SiagaMeski cukup lama tidak terdengar beritanya, tidak berarti ancaman virus flu burung boleh diabaikan. Sebagai salah satu varian dari Emerging Infectious Desease (EID) atau penyakit menular yang baru muncul, flu burung bisa sewaktu waktu menyerang dan menjadi wabah yang menyebar luas (pandemik) ,seperti halnya virus patogenik baru lainnya, yang punya riwayat berasosiasi dengan hewan seperti halnya MerCoV (unta), Nipah (kelelawar) dan Ebola (monyet).

Pemerintah Indonesia tidak mau kecolongan dengan pandemi EID ini. ‘’Kita harus terus waspada. Jangan lengah,’’ kata dr. Sigit Priohutomo di Kementerian Kordinator Bidang Pembangunan Kemanusiaan dan Kebudayaan (Kemenko PMK). Pernyataan tersebut disampaikan dalam sambutannya  di Pertemuan Koordinasi dan Penyusunan Rencana Kerja ‘’Pencegahan dan Penangggulangan Penyakit Berpotensi Pandemi’’ di Ruang Heritage Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Rabu (5/9).

Di Indonesia, flu burung telah merenggut 168 jiwa dan membunuh lebih dari 9 juta unggas. Virusnya pun terus bermutasi dari H5N1 di fase awal hingga menjadi H9N2 di tahun-tahun terakhir. Dalam tiga tahun terakhir tak ada laporan serangan flu burung pada manusia di Indonesia. Tak berarti semua aman, karena tahun lalu virus MERSCoV muncul di Jakarta dan Tangerang.

Pemerintah Indonesia, melalui Kemenko PMK terus mewaspadai sepak terjang virus-virus mematikan itu dan mengordinasikan langkah-langkah penanggulangannya bersama kementerian dan lembaga lain. ‘’Kita terus menerus melakukan pencegahan, pemantauan, dan kesiapsiagaan tanggap darurat,’’ ujar Sigit menambahkan. Virus ganas tersebut sulit diberantas. Meski tak menimbulkan serangan, petugas menemukan adanya jejak Virus H5N1 dan H9N2 pada sejumlah ternak sampel.

Maka, upaya pencegahan, pemantauan dan langkah penanggulanganya dilakukan secara lintas sektoral, bahkan melibatkan lembaga internasional seperti WHO, FAO, dan USAID. Bekerja sama dengan FAO misalnya, Kementerian Pertanian melakukan pelatihan tentang tata kelola peternakan  ayam, bebek dan babi. Pengawasan lalulintas hewan juga diperketat melalui pemeriksaan di karantina.

Tidak kalah pentingnya ialah bagaimana menyampaikan masalah bahaya virus baru EID itu ke masyarakat luas. Maka segenap pemangku kepentingan dikordinasikan oleh Kemenko PMK untuk bergerak bersama-sama secara sistematis untuk mengikutsertakan masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian penyebaran virus-virus ganas tersebut. Vaksin-vaksin hewan disediakan agar ternak tersebut tidak menjadi perantara penularan ke manusia.

Di ujung semua ini adalah pengendalian dan penanggulangan. Pelatihan terus diberikan kepada tenaga medis dan dokter. Fasilitas pemeriksaan, perawatan, termasuk kamar isolasi, terus ditingkatkan. Jejaring pemerintah untuk menghadapi penyakit virus ganas itu terus menerus waspada dan siaga. ‘’Boleh dikatakan tidak pernah tidur,’’ ujar dr. Sigut Priohutomo yang juga menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BKKBN itu.

Kerjasama dengan lembaga-lembaga asing, menurut dr. Sigit pula, perlu dilakukan agar jejaring pemerintah ini bisa terus memperbarui informasi dan teknologi yang diperlukan untuk mencegah, mmendeteksi dan menanggulangi penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh virus-virus transnasional itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *