Tangani Terorisme Tugas Tersulit

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irjen Pol Tito Karnavian menilai, upaya pencegahan dan penanganan tindak terorisme merupakan tugas tersulit yang harus ditangani aparat penegak hukum di Indonesia.

“Saya hampir 30 tahun berdinas di kepolisian, menghadapi kelompok seperti ini yang paling sulit dibanding mengurus perampokan atau curanmor,” ujar Tito saat ditemui di Kantor Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara/Reformasi Birokrasi di Jakarta, Senin.

Menurut dia, jaringan terorisme merupakan kelompok yang paling tidak berisi orang-orang terlatih, bersenjata dan memiliki ideologi ekstrem, sehingga penanganan kasus tersebut memiliki tingkat risiko yang sangat tinggi dibanding pencurian kendaraan bermotor (curanmor).

Oleh karena itu, ia mengemukakan, apa yang akan dialami aparat penegak hukum, polisi dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) saat berhadapan dengan jaringan terorisme di lapangan akan memiliki situasi yang berbeda dibanding hanya menghadapi pelaku pencurian atau narkotika.

“Kalau itu kan motifnya sebatas ekonomi, tapi kalau jaringan terorisme sudah motif ideologi dan politik. Jadi, tidak heran kalau bertemu kita, mereka ya siap mati,” tukas Tito.

Dia berpendapat, penanganan jaringan terorisme di Indonesia juga lebih baik dibandingkan dengan negara-negara besar, seperti Amerika Serikat (AS) atau Inggris.

Sehubungan dengan Operasi Tinombala yang bertujuan mengejar kelompok teroris Santoso di Poso, Tito mengisyaratkan bahwa penyelesaiannya tidak akan terlalu lama lagi.

“Saya baru pagi ini kembali dari sana. Setelah berdiskusi dengan para komandan di lapangan, saya kira ini tinggal menunggu waktu saja karena posisi Santoso sudah terdesak, logistik mau habis, senjatanya juga kurang lebih tinggal enam saja,” ujar Tito.

Dia menuturkan, operasi pengejaran tersebut akan berlangsung hingga bulan Mei 2016. Namun, dirinya belum bisa memastikan kapan Santoso dan anggotanya bisa tertangkap.

“Usaha manusia kan hanya 20 sampai 30 persen, sisanya hanya Tuhan yang tahu. Kita berdoa semoga ini cepat selesai, supaya ancaman kekerasan yang ada di situ tidak terjadi lagi,” demikian Tito Karnavian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *