Rencana Teroris Bom DPR ingin Mengacaukan Indonesia

Rencana Teroris Bom DPR ingin Mengacaukan IndonesiaAKSI. Para terduga teroris yang ditangkap Tim Densus 88 di Gelanggang Mahasiswa FISIP, Universitas Riau (UNRI), disebut akan melakukan aksi mengebom Gedung DPR di Senayan. Ketua DPR Bambang Soesatyo yakin rencana para terduga teroris itu bukan karena kinerja DPR saat ini buruk.

“Saya yakin, target Gedung Parlemen ditujukan bukan karena mereka tidak puas terhadap kinerja lembaga perwakilan. Sebab, seiring kemajuan kehidupan demokrasi, berbagai saluran telah dibuka bagi rakyat dalam menyalurkan aspirasinya. Jika ada ketidakpuasan, baik itu terhadap lembaga legislatif, eksekutif, yudikatif, masyarakat bisa menyampaikan aspirasinya atau menempuh jalur hukum,” ucap politisi yang akrab disapa Bamsoet ini, Minggu (3/6).

Menurut Bamsoet, aksi teror hanyalah tindakan pengecut yang tak beradab. Para terduga itu hanya ingin mengacaukan negeri sendiri akibat terpapar doktrin-doktrin yang salah. Dia pun yakin, aparat hukum bisa segera memproses para terduga teroris itu. Terutama dalam menelisik lebih jauh keterkaitan mereka dengan organisasi teroris lainnya, terlebih dari jaringan internasional.

Bamsoet senang dengan langkah cepat Densus 88 menangkap para terduga teroris itu. Kata dia, langkah Densus patut diapresiasi dan diberi acungkan jempol.

“Ini merupakan salah satu bukti keseriusan negara dalam memberantas terorisme di Tanah Air,” pujinya.

Dengan disahkannya UU Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme oleh DPR pada akhir Mei kemarin, tambah Bamsoet, aparat punya payung hukum yang jelas dalam menindak terorisme. Selama aparat hukum mengikuti ketentuan perundang-undangan, DPR pun akan senantiasa memberikan dukungan.

Politisi Partai Golkar ini pun mendorong, penangkapan para terduga itu menjadi pintu masuk dalam memberantas terorisme yang selama ini menjadi momok menakutkan di negeri ini. Bukan hanya sampai ke akarnya, melainkan sampai ke benihnya.

“Ditangkapnya terduga teroris di lingkungan kampus merupakan tamparan keras bagi sistem pendidikan kita. Kampus seharusnya menjadi tempat para intelektual, yang tindak tanduknya untuk kepentingan bangsa dan negara. Bukan justru malah menjadi sarang teroris yang mengancam keselamatan, keamanan, serta persatuan dan kesatuan,” cetusnya.

Penangkapan ini, tambahnya, sekaligus memperkuat penelitian Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebelumnya yang menunjukkan tingginya paparan radikalisme di kalangan mahasiswa dan sejumlah kampus. Berdasarkan penelitian salah satu lembaga riset terhadap 1.800 responden di 25 universitas di Indonesia pada Oktober 2017, disebutkan 23,5 persen responden menyetujui gerakan ISIS. Selain itu, sebanyak 23,4 persen menyetujui kesiapan untuk berjihad mendirikan khilafah.

DPR, kata Bamsoet, dalam berbagai rapat kerja telah meminta Pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta para rektor perguruan tinggi, senantiasa membuat berbagai kegiatan yang mampu menggairahkan keintelektualan para mahasiswa. Semangat tinggi yang dimiliki para mahasiswa yang sedang mengeyam pendidikan di kampus harus disalurkan untuk kegiatan positif.

“Tindakan dengan pendekatan keamanan (security treatment) tak selamanya bisa menjadi jawaban dalam membersihkan kampus dari gerakan radikal dan ekstrim. Pendekatan soft treatment melalui pendidikan semangat kebangsaan terhadap kaum muda yang masih mengalami cognitive opening (pembukaan koognitif) terhadap berbagai gagasan baru, harus kembali ditingkatkan,” saran Bamsoet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *