BPBD Bandung Barat bentuk Sekolah Siaga Bencana

BPBD Bandung Barat bentuk Sekolah Siaga BencanaUntuk menggugah peran dunia pendidikan melakukan edukasi akan pentingnya mitigasi bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat (KBB) menggelar sosialisasi Sekolah siaga bencana kepada puluhan Kepala Sekolah Sekolah Dasar.

Sosialisasi itu diikuti oleh 60 Kepala sekolah SD dari enam Kecamatan yakni Kecamatan Lembang, Parongpong, Cisarua, Ngamprah, Padalarang dan Batujajar, pada Rabu (20/12/2016).

Kepala BPBD KBB, Maman S Sunjaya mengatakan sosialisasi sekolah siaga bencana merupakan salah satu upaya membangun kesiapan sekolah dan menggugah bidang pendidikan memahami sebelum maupun setelah bencana terjadi.

“Tujuannya untuk membangun budaya siaga dan budaya aman di sekolah dengan mengembangkan jejaring bersama para pemangku kepentingan di bidang penanggulangan bencana. Sehingga dapat meningkatkan kapasitas institusi sekolah dan individu, dalam mewujudkan tempat belajar yang lebih aman bagi siswa, dan guru,” kata Maman di Ngamprah,Kamis (21/12/2016).

Meski secara geografis KBB merupakan kabupaten yang memiliki potensi yang cukup memadai, baik Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) maupun industri bertaraf nasional, namun di balik kekayaam alam yang melimpah ruah itu, KBB menyimpan potensi terjadinya bencana yang kapan saja bisa terjadi. Pasalnya, KBB memiliki 5 potensi bencana yakni Gempa Bumi (Sesar Lembang), Gunung Api, Tanah Longsor/pergerakan tanah, Banjir Bandang, dan Angin Puting Beliung.

“Nanti Kepsek supaya bisa menjelaskan kepada anak sekolah terkait cara penanaganan dan evakuasi jika terjadi bencana. Bahkan Kepsek menjadi komando jika suatu saat terjadi bencana, sehingga guru maupun siswa bisa mengikuti arahan Kepsek,” ungkapnya.

Lebih lanjut Maman menjelaskan, meski setiap daerah atau pun negara mememiliki potensi bencana yang sama, namun khusus di KBB ada penanganan khusus jika terjadi bencana. Salah satunya yang paling prinsip jika terjadi bencana seperti gempa bumi adalah dengan keluar dari gedung sekolah.

“Kenapa harus keluar rumah/gedung menyelamatkan diri, karena secara geografis khususnya di KBB itu setiap bencana berpotensi pergerakan tanah atau tanah longsor. Karena konstur tanah di KBB itu bertebing dan labil,” jelasnya.

Dia mencontohkan seperti rangkaian kejadian bencana yang melanda wilayah KBB beberapa waktu terakhir, menjadi salah satu bukti perlunya Pemerintah memberikan perlindungan terhadap seluruh unsur masyarakat. Sehingga pengurangan risiko atau mitigasi dampak bencana baik alam maupun bencana sosial yang diakibatkan oleh prjlaku manusia dapat diminimalisir.

“Ini sejalan dengan perubahan paradigma dalam mengatasi bencana alam yang lebih menekankan kepada kegiatan preventif melalui mitigasi dan penvecegahan bencana di bandingkan dengan tindakan responsif berupa upaya tanggap darurat dan pemulihan pasca bencana,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *