Siti Nurbaya: Penanganan Gambut Bukan Seperti ‘Pasar Malam’

Siti Nurbaya: Penanganan Gambut Bukan Seperti 'Pasar Malam'Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mengatakan penanganan lahan gambut bukan seperti suatu kehebohan sesaat layaknya “pasar malam” yakni heboh saat terjadi musibah asap lalu reda setelah musim hujan tiba.

“Saya kira diingatkan bahwa jangan seperti pasar malam setelah heboh-heboh (penanganan kebakaran) masuk musim hujan semua berhenti begitu, tidak melanjutkan. Saya kira tidak begitu karena kan perintah Presiden solusi permanen,” katanya usai diskusi pakar “Tata Kelola Ekosistem, Tata Air (Hidrologi) dan Rehabilitasi Paska Kebakaran Ekosistem Gambut”, Hotel Grand Kemang, Jakarta, Minggu malam.

Ia mengatakan terkait solusi permanen penanganan kebakaran lahan gambut, diperlukan kerangka dasar atau kerangka berpikir dan landasan yang jelas dan berkelanjutan.

“Kalau kita bicara solusi permanen maka blue print-nya harus jelas, arah kerjanya juga harus jelas dan karena dia terkait dengan perilaku alam ya tidak bisa sepotong mengikutinya,” ujarnya.

Menurutnya, permasalahan lahan gambut harus melihat perkembangan di alam secara terus-menerus sehingga kebijakan atau konsep penanganan kebakaran lahan gambut dan rehabilitasinya dapat menjawab kebutuhan.

“Jadi, mengikuti ya (perilaku alam) terus tiap bulan tiap 10 hari biasanya kalau data iklim itu biasanya 10 hari sekali diserahkan kepada pengguna ya waktu saya di pemerintah daerah dulu saya pakai data itu,” tuturnya.

Ia mengatakan pencegahan menjadi kunci dalam mengatasi kebakaran lahan gambut.

Ia mengatakan upaya pencegahan itu kemudian diterjemahkan ke dalam regulasi sehingga dapat dijadikan acuan penanganan lahan gambut.

“Tapi kita sudah dengar (dalam diskusi) pencegahan itu apa saja kan. Berarti itu nanti tinggal dituangkan dalam regulasi, dan dalam persyaratan-persyaratan termasuk bukan hanya kepada dunia usaha ya tapi juga pemerintah daerah bisa surat edaran sifatnya, bisa juga instruksi apa, bisa peraturan menteri, karena konteksnya lingkungan kan bisa juga instruksi presiden nanti kita lihat,” tuturnya.

Selain upaya pencegahan, diskusi itu juga membahas beberapa potensi masalah lahan gambut.

Ia mengatakan potensi masalah tersebut dapat dilihat dari seluruh peristiwa yang terjadi saat ini yang mana juga dapat menghitung kira-kira resiko yang akan dihadapi setelah usainya kehebohan pemadaman api di lahan gambut.

Kemudian, diskusi itu juga membahas soal pemulihan terhadap lahan yang sudah rusak.

Ia mengatakan perspektif kelembagaan juga menjadi bahasan penting dalam diskusi itu, yang mendorong keterlibatan masyarakat yang lebih aktif.

“Jadi tadi kan terungkap bahwa yang paling efektif itu akhirnya faktor kelembagaan jadi pengamanan gambut berbasis masyarakat,” ujarnya.

Ia mengatakan masyarakat dapat mengembangkan agroforestri di lahan gambut sekaligus untuk proses pemulihan lahan.

“Tidak harus selalu kita khawatir terlalu jauh atau terlalu dalam kekhawatiran karena kan ternyata dia (lahan gambut) secara praktis bisa juga agroforestri jadi bisa juga dipakai untuk keperluan produktif masyarakat, bisa tanam nanas, sayuran atau padi lebak atau apapun lah nah itu masing-masing akan kita lihat lagi menurut kebutuhan program nasionalnya,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *