Aung San Suu Kyi Berang Usai Diwawancarai Jurnalis Muslim

Sosok pejuang demokrasi Aung San Suu Kyi selama ini dikenal penyabar, berjuang dalam damai hingga dia bisa merebut kekuasaan di Myanmar.

Namun, sebuah kisah perdebatannya dengan seorang jurnalis yang diungkap dalam biografi terbaru mengungkap sisi lain Aung San Suu Kyi.

Berdasarkan buku itu, Suu Kyi kehilangan kesabarannya usai diwawancarai presenter acara BBC Today, Mishal Husain.

Begitu kesalnya, Suu Kyi dengan hasil wawancara itu hingga dia sempat terdengar menggerutu di saat off-air.

“Tak seorang pun memberi tahu bahwa saya akan diwawancarai oleh seorang Muslim,” kata Suu Kyi.

Buku itu mengungkap, pemimpin Partai Liga Nasional Demokrat (NLD) berusia 70 tahun itu menolak mengecam sentimen anti-Islam dan pembantaian umat Muslim di Myanmar.

Padahal, Mishal Husain, presenter Muslim pertama program BBC Today, berulang kali meminta pendapat Suu Kyi terkait masalah tersebut.

“Saya kira banyak juga umat Buddha yang meninggalkan Myanmar dengan berbagai alasan. Ini adalah hasil dari penderitaan kami di bawah rezim diktator,” kata Suu Kyi menanggapi pertanyaan Mishal Husain.

Insiden yang ditulis dalam buku ini, meski terjadi pada 2013, menambah panjang pertanyaan dunia internasional soal sikap Suu Kyi terhadap kaum minoritas Muslim di Myanmar.

Partai NLD yang dipimpinnya memenangkan pemilu pada November 2015 tanpa satu pun kandidatnya yang beragama Islam. Dan, dipastikan tak ada menteri beragama Islam dalam pemerintahan Myanmar yang baru.

Selama ini Suu Kyi banyak dikecam karena tidak mengeluarkan pernyataan apapun terkait penganiayaan etnis minoritas Roingya.

Hingga kini sebanyak 140.000 orang masih hidup dalam kesengsaraan di kamp-kamp pengungsi di berbagai lokasi di Myanmar selama tiga tahun terakhir.

Sisi lain Aung San Suu Kyi ini termuat dalam buku biografi terbaru berjudul The Lady dan Para Jenderal: Perjuangan Aung San Suu Kyi dan Burma Menuju Kebebasan, karya Peter Popham.

“Saya pikir insiden itu layak dimasukkan ke dalam buku itu karena menunjukkan ambiguitas posisi Suu Kyi dalam masalah ini,” ujar Peter.

“Banyak yang mengagumi kisah dan keberaniannya, namun kini semua orang tahu bahwa dia bukannya tanpa cela, tanpa prasangka dan batasan,” tambah Peter.

Namun, Peter yakin, Suu Kyi tidak memiliki prasangka buruk terhadap umat Muslim. Sebagai bukti, kekasih pertama Suu Kyi dalah pria Muslim Pakistan dan orang yang membujuknya terjun ke dunia politik pada 1988 adalah seorang intelektual Muslim Myanmar ternama.

Di negeri yang sebagian besar warganya bisa dikatakan anti-Muslim, Peter yakin bungkamnya Suu Kyi adalah lebih untuk mengamankan partai politiknya yang akan resmi memerintah Myanmar pekan depan.

Namun, bagi umat Muslim Myanmar, kisahnya jauh lebih rumit. Sebagian besar dari mereka mendukung Suu Kyi, namun muncul kekhawatiran Suu Kyi tidak banyak menaruh simpati pada masalah ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *