Pemuda Islam Hadiri Peringatan 25 Tahun Pendudukan Armenia Atas Wilayah Arzebaijan

Pemuda Islam Hadiri Peringatan 25 Tahun Pendudukan Armenia Atas Wilayah ArzebaijanSenin siang Pemuda Islam diundang untuk memperingati 25 tahun Pendudukan Kota Shusha Azerbaijan. Sebuah kota yang dulunya dihuni oleh suku Azerbaijan yang beragama Islam

Tepat pada hari ini, 8 Mei tahun 1992 lalu, Shusa berada di daerah Nagorno Karabakh Azerbaijan diduduki secara paksa oleh angkatan bersenjata Republik Armenia. Demikian di sampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Islam Indonesia (PP GPII) Karman BM saat di temui di Kedutaan Besar Republik Arzebaijan untuk Indonesia di Jakarta, Senin (8/5).

Hadir dalam acara ‘Friendship Lunch’, Makan Siang Persahabatan ini antara lain Karman BM mewakili Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), Ratu Lala dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Sabili dari Pemuda Muslimin Indonesia (PMI) Naldi dari Pemuda ESQ, dan beberapa utusan Kampus Islam seperti UIN dan Stiebang Syafruddin Prawiranegara.

“Untuk itu kami yang hadir di acara tersebut tegas Karman, merasa perihatin dan mendesak agar Pemerintah Indonesia sebagai negara dengan penduduk mayoritas Islam untuk pro aktif dalam membantu saudara kita di Azerbaijan

“Mari kita doakan supaya saudara muslim kita di Azerbaijan kuat dalam perjuangan melawan penjajahan di Negaranya”, tukas tokoh muda asal NTB ini.

Rombongan disambut oleh Mr. Ruslan Nasibov, Deputi Dubes Azerbaijan bersama Habib Mohammadov, Sekeretaris 1 dan juga beberapa staf kedutaan lainnya.

Deputi Dubes Azerbaijan, Mr. Ruslan Nasibov, dalam pertemuan tersebut menjelaskan beberapa hal antara lain.

Pertama, Pada tanggal ini, dua puluh lima tahun lalu, Tentara Armenia menduduki secara paksa Kota Shusha.

Mengusir penduduknya, dan merubah beberapa situs-situs Islam yang ada di sana. Termasukan bangunan dan tempat ibadah. Kemudian mereka mengklaim bahwa wilayah tersebut adalah wilayah Armenia kuno.

“Padahal faktanya Armenia adalah pendatang”, sebut Mr. Ruslan.

Kedua sambung Ruslan, Setelah diduduki, mereka melakukan pembersihan etnis Azerbaijan dari kota tersebut. Ada sekitar 750.000 warga diusir. Ditambah lagi sekitar 250.000 pengungsi Azerbaijan yang ada di Armenia diusir dari wilayah Armenia.

Ketiga, Bahwa kami telah melakukan upaya diplomasi Internasional. Untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Semua negara Islam dan negara Arab mengecam pendudukan tersebut. Bahkan dewan keamanan PBB juga mengecam, melalui resolusi 822, 853, 874, dan 884.

“Namun Armenia mengabaikan resolusi tersebut. Bahkan mediator-mediator yang telah dibentuk negara negara Eropa untuk menengahi masalah itu juga ‘stuck’, tidak berjalan,” ungkap Ruslan.

Ruslan menceritakan dengan mata berkaca-kaca mengingat apa yang terjadi dan dialami oleh saudara seiman dan sebangsanya di sana.

Sementara dikesempatan yang sama Muhtadin Sabili Ketua Umum Pemuda Muslimin Indonesia mengatakan, Azerbaijan adalah negeri muslim yang rakyatnya terusir & terintimidasi dari negerinya sendiri.

Hal ini jarang terekspos oleh media internasional apalagi di Indonesia padahal negeri yang berpopulasi 10 juta penduduk tersebut mayoritas, 97 persen Muslim.

“Selama 25 tahun hidup dibawah tekanan agresi militer Armenia yang menguasai dan menganeksasi wilayah Azerbaijan tentu sangat menyakitkan dan penderitaan lahir batin warganya,” sebut Sabili.

Sabili menegaskan, Kami berharap perhatian & kepedulian dunia khususnya negeri-negeri Muslim di dunia untuk turut dalam melepaskan Azerbaijan dalam tekanan penjajahan.

“Kami akan ikut membantu sebisanya dalam mengawal kasus ini,” pungkas Sabili.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *