Pusat Ayam Dunia Buka Laboratorium Inovasi Unggas

Pusat Ayam Dunia Buka Laboratorium Inovasi UnggasKota Barneveld di Belanda merupakan pusat bagi produksi ayam sehingga dikenal dengan sebutan pusat ayam dunia (Capital Chicken of The World) karena banyaknya industri ternak unggas di kota ini. Pada bulan Oktober 2016, salah satu institusi pelatihan di Belanda, PTC+, membuka laboratorium inovasi ternak unggas (Poultry Innovation Lab / PIL) yang baru di kota Barneveld.

Laboratorium Inovasi Unggas

Laboratorium ini memfasilitasi siswa dan para profesional saat mengikuti program pelatihan yang mengintegrasikan beberapa konsep inovasi internasional pada bidang perumahan, manajemen, lingkungan, air dan iklim. PTC+ menggunakan fasilitas unik ini untuk memberikan lingkungan yang sempurna bagi riset praktis yang dilakukan para pelajar internasional.
Laboratorium inovasi unggas terdiri dari
– Unit untuk 1000 ayam broiler (ayam penghasil daging)
– Unit untuk 1000 ayam layer (ayam petelur)
– Pusat presentasi dan pertemuan
Laboratorium Inovasi Unggas akan menjadi pusat bisnis untuk seluruh sektor perunggasan internasional.

Mahasiswa Indonesia

Pada Desember 2016, PTC+ menyambut mahasiswa Indonesia pertamanya yang mengikuti pelatihan manajemen peternakan unggas (Poultry farm Management). Yunita Widayati dan Imas Yuyun, yang saat ini bekerja di Kementrian Pertanian Republik Indonesia, divisi peternakan dan kesehatan hewan.
Dalam masa pelatihan, mereka mempelajari bagaimana menerapkan informasi pangsa pasar hewan ternak dan pengembangannya. Para mahasiswa mengembangkan kompetensi yang diperlukan untuk membuat rencana bisnis yang baik. Untuk bantuan penelitian dan pelatihan mereka memanfaatkan fasilitas laboratorium inovasi unggas. Meskipun adanya ancaman wabah flu burung yang membatasi para pelajar melaksanakan tugas praktik mereka, mereka mampu memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan untuk menjadi seorang profesional yang percaya diri.

Memperkuat jaringan

Di Barneveld para peserta pelatihan yang dari seluruh dunia dengan latar belakang berbeda menghadapi situasi yang sama. Oleh karena itu mereka menjadi saling melengkapi dan tergabung erat dalam suatu kelompok dengan bertukar wawasan juga pengalaman social dan budaya. Dalam jangka waktu satu bulan, kedua mahasiswa Indonesia berhasil menyelesaikan program pelatihan dan kembali ke tanah air untuk membagikan apa yang telah mereka pelajari dengan penuh semangat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *