Kini Guru SD SMP Kejar Kebahagiaan

Kini Guru SD SMP Kejar KebahagiaanJika zaman dahulu guru selalu berharap perhatian dari pemerintah soal kenaikan gaji dan kesejahteraan hidup, kini guru berharap kebahagiaan. Pasalnya, gaji guru mencukupi namun masih banyak guru yang mengaku tidak bahagia.

Demikian kalimat penting Drs. H. Cucu Saputra, M.M.Pd, Kepala Bidang Pembinaan dan Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P3TK) Dinas Pendidikan Kota Bandung, pada pembukaan Diklat Guru bertema “Penguatan Kompetensi Guru dalam melayani pembelajaran yang ramah bagi keberagaman peserta didik jenjang SD dan SMP” di Travello Hotel Bandung, belum lama ini.

Setelah Kota Bandung dipimpin Ridwan Kamil, indeks kesejahteraan bukan lagi ukuran, tetapi indeks kebahagiaan yang diimpikan. Gaji dan tunjangan tidak lagi membawa guru berceloteh kesejahteraan, tetapi tingkat kebahagiaan.

“Ketinggalan zaman kalau guru masih ngomong soal kesejahteraan, guru sudah mengklasifikasikan diri bahagia atau belum bahagia,” ungkap Cucu. Diklat guru yang diikuti 200 peserta ini hasil kerjasama Kelompok Kerja (Pokja) Pendidikan Inklusif dengan Dinas Pendidikan Kota Bandung.

Kegiatan Diklat ini juga dihadiri 100 orang Guru Sekolah Dasar, dan 100 orang Guru Sekolah Menengah Pertama se-Kota Bandung yang digelar 6 hari.
“Upaya kita di Kota Bandung melalui dinas pendidikan mewujudkan cita-cita kota inklusif,” kata Cucu.

Untuk memahamkan inklusif kepada para pendidik dan tenaga kependidikan, selain harus memiliki filosofi inklusif, juga kemampuan memahami pembauran peserta didik yang beragam.

“Substansinya, guru harus memberikan layanan berbeda atas berbagai keragaman peserta didik. Menggeser paradigma guru berfikir eksklusif menjadi inklusif menghargai keragaman,” tambah Cucu. Keragaman Indonesia bercirikan kebhinekaan. ada keragaman agama, etnis, adat istiadat, ras, atau sosial ekonomi, atau keragaman potensi peserta didik.

Cucu menegaskan, pendidikan inklusif tidak identik dengan anak penyandang disabilitas. Karena penyandang disabilitas salah satu bagian dari keragaman itu. Ini tahun kedua pemerintah Kota Bandung melalui dinas pendidikan memberikan pelatihan-pelatihan guru yang jumlahnya mencapai sembilan ribu.

Menurut Ketua Pokja Pendidikan Inklusif Kota Bandung, Dr. Hidayat, diklat ini kelanjutan dari Training of Trainer (ToT) yang sudah dilakukan sebelumnya. Jumlah guru yang tertarik mendalami pendidikan inklusif makin banyak. “Antusiasme mereka sangat mendasar, karena pendidikan untuk semua (Education for All),” kata Hidayat. (isur)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *