Keterbatasan Bukan Hambatan Untuk Raih Cita-Cita

Keterbatasan Bukan Hambatan Untuk Raih Cita-CitaKegigihan seorang siswa difabel asal Sukabumi, Jawa Barat bernama Mukhlis Abdul Kholik atau yang biasa disapa Adul layak diapresiasi dan juga dijadikan inspirasi bagi generasi muda. Adul yang merupakan siswa Kelas 3 SD Negeri 10 Cibadak memiliki kegigihan dan semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu. Keterbatasan fisiknya membuat Adul harus menimba ilmu menuju sekolahnya yang berjarak tiga kilometer dari rumahnya dengan cara merangkak.

“Penyandang disabilitas seperti Adul ini memiliki semangat yang tinggi dan layak untuk kita apresiasi. Keterbatasan fisik yang dimiliki Adul bukanlah sebagai hambatan tetapi menjadi sebuah semangat yang tinggi untuk menuntut ilmu dan ini sangat menginspirasi kita semua” jelas Nyoman Shuida Deputi Bidang Koordinasi Kebudayaan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).

Semangat untuk terus menuntut ilmu ditengah-tengah keterbatasan fisik yang dimiliki Adul harus menjadi sebuah pelajaran dan inspirasi bagi generasi muda agar dapat terus gigih dan juga menyumbangkan prestasi dalam menuntut ilmu. Adul merupakan contoh nyata bahwa dengan kemauan yang tinggi, maka hambatan bukanlah penghalang melainkan peluang untuk meraih cita-cita.

“Adul ini sangat luar biasa dan semangat yang dia miliki harus menjadi pelajaran dan inspirasi bagi kita semua. Kita yang memiliki fisik normal harus mampu untuk terus gigih dalam menjalani hidup terlebih generasi muda yang saat ini sedang menuntut ilmu, maka semangat yang ditunjukkan Adul harus menjadi pemicu dan motivasi untuk terus gigih, pantang menyerah, dan menyumbangkan prestasi dalam menuntut ilmu” papar Nyoman.

Kegigihan Adul dalam menuntut ilmu di tengah keterbatasan fisik yang dimilikinya akhirnya berbuah manis.  Adul diundang dan bertemu dengan Presiden Joko Widodo dalam acara Peringatan Hari Disabilitas Internasional yang diselenggarakan di Bekasi (03/12).

“Saat bertemu Presiden Joko Widodo sempat ditanya terkait dengan keinginannya dan Adul menjawab ingin disekolahkan gratis sampai jenjang perguruan tinggi. Permintaan itu menunjukkan bahwa Adul memiliki integritas dan akan ditopang oleh kerja kerasnya dalam meraih cita-citanya. Kontribusi pemerintah, masyarakat dan keluarga dalam membiayai, mengasuh dan mendampingi Adul adalah bentuk dari gotong royong berbagai pihak dalam mewujudkan masa depan Adul dan seluruh hal ini juga cerminan dari implementasi nilai-nilai revolusi mental” jelas Nyoman.

Nyoman berharap agar semangat dan kegigihan Adul dapat dipraktekkan oleh generasi muda. Dengan demikian, akan hadir generasi muda yang gigih dan pantang menyerah dalam menghadapi tantangan di dalam kehidupan.  “Generasi muda harus mengimplementasikan semangat dan kegigihan yang ditunjukkan Adul agar mereka memiliki karakter dalam menjalani dan menghadapi segala tantangan” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *