Stop and Shop, Solusi Mahalnya Tempat Berjualan

Stop and Shop, Solusi Mahalnya Tempat BerjualanKelangkaan tempat dan mahalnya ongkos sewa ruko atau kios di mall dan pusat perbelanjaan maupun keramaian di kota Bandung, disiasati sekelompok kawula muda dengan solusi jitu. “Namanya Stop and Shop”, tag line-nya fun place great food-cool store.

lokasi Stop and Shop berada di sebrang Taman Super Hero yang mempunyai luas bangunan sekitar 1.200 meter persegi, tepatnya di Jl. Anggrek No 55 Bandung, langsung diserbu pengunjung. Nyaris dari 15 kios yang ada, sudah dipenuhi pengunjung yang terdiri atas “kaum sosialita Bandung”. Kita tahu mereka ini kondang sebagai patokan life style kaum muda di Nusantara.

“Tadinya, cuman mau mampir di sini sebentar, eh jadi betah agak lamaan,” kata Ramanita (22), mahasiswa sebuah PTN di Bandung yang tampak begitu nikmat bersosialita bersama rekan-rekannya sambil menikmati aneka kuliner di Stop and Shop yang riuh.

Ramanita yang akrab disapa Nita, tak datang sendirian.”Kami ramai-ramai dong kesini, benar tak hanya kuliner, yang jualan device gadget juga ada. Pun ada clothing, dan beauty treatment segala. Ini tempat cihuy juga. Sekali kunjung, banyak didapat,” jelas Martha (23) rekan Nita yang tinggal di kawasan Dago Atas Kota Bandung.

Mini Mall

Menjawab tantangan zaman, betapa sulit dan mahalnya menyewa apalagi membeli tempat bagi kawula muda Bandung – yang berhasrat kuat berbisnis. Sejatinya, ini solusi jitu, mewujudkan Stop and shop! Gerangan apa itu Stop and Shop yang digagas mereka dalam waktu satu bulan sebelumnya?

Adalah Jodi Janitra, Ketua HIPMI Jabar, bersama Bimo Mahendra Putra selaku pengelolanya berjibaku mendeklarasikan Stop and Shop. “Ini bukan
sekedar tempat usaha tanpa konsep,” cetus Jodi yang lincah dan tak sungkan turun ke lapangan berbicara dari hati ke hati menangkap aspirasi, dan hasrat kaum muda Bandung berwiraswasta.

“Di sini ada kuliner, berbasis lifestyle. Pun ada vaping yang nge-trend. Coffee shop, dan serba clothing juga perangkat komputer teranyar pun ada. Buat para cewek, tersedia salon, dan facial. Buat kaum cowok pun ada barber. Malah bimbel pun ada di lantai atas. Khusus SD dan SMP. Inginnya, Stop and shop serba komplit. Namun, persaingannya terjaga,” papar Jodi yang beken selalu punya inovasi menebarkan virus berwiraswasta bagi kawula muda.

Ihwal terbangunnya ide Stop and Shop, ialah adanya peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku usaha UKM di Bandung. Di satu sisi, tak ada yang tuntas memecahkan masalah klasik ini.

“Rekan-rekan pegiat ekonomi kelas UKM ini, bila buka usaha harus sewa tempat. Butuh modal besar. Sewa ruko minimal 2 tahun. Setahun bisa Rp125 juta, dua tahun Rp250 juta. Harus juga merenovasi, siapkan bahan baku, modal kerja, dan lainnya. Intinya, pegiat UKM ini, tidak ada kesempatan untuk berkembang. Ini solusi semacam mini mall,” jelas Jodi yang menyayangkan, “Terpaksa, mereka hanya bisa berdagang di kaki lima, di jalan itu segala resiko mereka tanggung sendiri.”

Mengetahui dan menyelami perasaan para pegiat UKM “jalanan” ini, Jodi mengambil keputusan:”Kami masuk, dan bergabung, menyewa tempat usaha strategis. Kami menyewa untuk 5 dan 10 tahun. Merenovasi, ijin pun diurus. Bangunan kita sekat sekat. Ada yang 9 atau 10 meter persegi”, seru Jodi yang diiyakan rekannya Bimo yang menjelaskan pihak mahasiswa SBM ITB pun ada yang ikut disini:”Sekolah bisnis, sekarang ini sudah modern sekali. Mereka berbisnis seperti layaknya bisnis beneran. Dulu mah mana ada yang seperti ini.”

“Rekan-rekan tadi lalu kita kumpulkan, yang mau usaha serius, kita sewakan per tahun. Startnya, mulai Rp30 juta setahun. Sebulan kan cuma 2 juta sampai 2,5 jutaan. Itu cost nya, ini sama kalau mereka berjualan di jalan. Minimal, harus ada Rp.100 ribu per hari, untuk keamanan, parkir, dan lainnya”, tutur Jodi yang paham seluk-beluk jeritan terdalam para pebisnis muda di kota Bandung, dan kabisanya tak sungkan ia bagikan. “Bila untuk kemaslahatan, saya siap berbagi.”

Nah, selintas tentang Stop and Shop yang unik, inovatif, penuh ceria, yang jasa dan sajiannya berharga terjangkau, dari kaum wirastawan kota Bandung. Sejatinya, betul apa kata salah satu pengunjung destinasi baru ini:”Datang saja ke sini, soal bagaimana cihuynya Stop and Shop, memang harus disambangi, tiada lain”, pungkas Delia (26) salah satu pengunjung yang datang bersama rekan komunitas sepeda pada hari pembukaan itu. Mau?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *