Saran ADB untuk Indonesia

Asian Development Bank (ADB) dalam laporannya Asian Development Outlook (ADO 2014) menyatakan adanya tantangan yang cukup signifikan bagi Indonesia dalam mengatasi defisit transaksi berjalan 2014 dan beberapa tahun ke depan.

“Untuk menghadapi tantangan defisit transaksi berjalan tersebut, pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk memperlambat laju permintaan domestik, mendorong ekspor, dan menahan impor seiring dengan terdepresiasinya Rupiah,” ucap Deputy Country ABD untuk Indonesia, Edimon Ginting di Hotel Intercontinental, Jakarta, Selasa (1/4/2014).

Kendati demikian, dampak kebijakan tersebut hanya akan bertahan dalam satu hingga dua tahun. Dalam jangka panjang, penguatan neraca berjalan memerlukan reformasi struktural untuk memacu tingkat produktivitas dan daya saing secara berkelanjutan.

ADO 2014 memaparkan, salah satu bentuk reformasi struktural tersebut adalah penghapusan subsidi bahan bakar secara bertahap. Dalam hal ini, pemerintah telah mengambil langkah pengurangan subsidi pada 2013 dan perlu melanjutkan kebijakan tersebut di tahun-tahun mendatang.

“Pengurangan subsidi akan dapat menyediakan anggaran yang lebih besar untuk infrastruktur, pendidikan dan jaminan sosial yang diperlukan untuk mendorong daya saing dan kesetaraan dalam pertumbuhan nasional,” tegasnya.

Dia menjelaskan, mendorong investasi swasta lebih banyak lagi di sektor infrastruktur dan mendukung anggaran pemerintah yang terbatas merupakan prioritas lain bagi pemerintah. Dalam hal ini, iklim investasi adalah kunci untuk menarik investasi asing dengan berkesinambungan ke dalam negeri.

“Ini akan mendorong mengurangi defisit neraca berjalan dalam jangka panjang, sekaligus mendorong inovasi teknologi yang berdampak positif pada produktivitas dan daya saing,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *