Gerakan Hejo Matangkan Peran Penyuluh Pertanian dalam Perwujudan Kedaulatan Pangan

Gerakan Hejo Matangkan Peran Penyuluh Pertanian dalam Perwujudan Kedaulatan PanganUntuk kesekian kalinya Ketua Umum DPP Gerakan Hejo, Eka Santosa membahas intensif di Alam Santosa Pasir Impun Kabupaten Bandung (22/12/2016) – Peran Strategis Penyuluh Pertanian, Mewujudkan Kedaulatan Pangan Nasional. “Catat ya, tema diskusi ini walaupun dalam konteks nasional, kaitannya erat dengan kondisi pertanian di Jabar”, tutur Eka yang didampingi “Astro” Rizky Ramdhani dari bagian advokasi hukum Gerakan Hejo.

Hadir dalam diskusi ini dari pihak Forum Komunikasi Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian Nasional (FK THL – TBPP Nasional), di antaranya Dedy Alfian, Ketua FK THL –TBPP Nasional; Dudi S Tafajani, Wakil Ketua FK THL – TBPP Nasional; Hikmat Fadilah, Wakil Ketua FK THL – TBPP Jabar; serta pengurus di tingkat Jabar seperti Syaiful M, Asep Santosa, dan Asep Setia M. “Kertas kerja ini membahas peran penyuluh pertanian dari masa ke masa dengan pasang-surut perannya dalam ketahanan pangan kita”, urai Dedy Alfian yang diamini Hikmat Fadilah yang di DPP Gerakan Hejo kebagian tugas sebagai Wakil Ketua Bidang Ketahanan Pangan.

Pasang Surut

Arah kupasan diskusi FK THL – TBPP yang pada tahun 2015 punya anggota 25.734 orang (57.33% – PNS), penyuluh bantu THL-TBPP (19.156 orang – 42,67%) , bersama Gerakan Hejo yang peduli pada pentingnya keseimbangan lingkungan hidup di Jabar, menyorot pentingnya peran penyuluh pertanian dalam 5 atau 10 tahun ke depan. “Sederet peran penting penyuluh setelah era otonomi daerah, memang karut-marut dalam banyak hal. Selain status kepegawaian yang tak jelas diluar yang sudah PNS, juga kebijakan pangan di tingkat nasional dan daerah kerap tak sinkron”, jelas Hikmat Fajar sambil menyodorkan sejumlah data di tangannya. “Mau dibawa kemana target nasional untuk kedaulatan pangan, selain pernah dicapai tahun 1984 dari FAO (Food and Agriculture Organization)”.

Diketahui Indonesia pada tahun 1984 dinyatakan mampu mandiri dalam hal pangan. Kala itu ada 32.000 penyuluh pertanian, dengan produksi 25,8 juta ton beras, mampu memenuhi kebutuhan pangan 160 juta penduduk. “Kala itu bisa menyumbang 100.000 ton gabah melalui FAO ke negara-negara yang menderita kelaparan”, papar Eka yang menginkan kembali melalui kiprah Gerakan Hejo di Jabar dan nasional – “Pada era millennium bisa ekspor pangan. Bukan, sebaliknya ‘jenis padi raskin’ banyak dikonsumsi sebagian warga yang kini berpolulasi 250 juta jiwa.Hebatnya, kini kita jadi sasaran empuk negara-negara pengekspor pangan”.

Kesimpulan

Sesi akhir diskusi ini yang total berlangsung lebih dari 90 menit, mengeluarkan simpulan, penyuluh pertanian punya peran strategis dalam hal peningkatan swa sembada pangan, pun Ia sebagai penghubung antar semua sektor, serta perannya sebagai agen perubahan di front agraris kita.

Menurut Eka hasil dari diskusi ini setelah dimatangkan dengan berbagai kajian, akan disodorkan ke berbagai pihak pembuat kebijakan di tingkat daerah dan nasional. “Ini yang akan kita dorong, data dan fakta yang valid. Setidaknya para penyuluh punya pegangan dan arah lebih jelas dan matang, selain kepastian status kepegawaiannya. Mereka itu kan, pahlawan pangan kita”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *