Rakorda HNSI Jabar, Tantangan & Optimisme

Rakorda HNSI Jabar, Tantangan & OptimismeRakorda (Rapat Koordinasi Daerah) DPD HNSI di Hotel Topaz Galeria (14/3/2017), memunculkan fenomena baru tentang kelautan dan kenelayanan. Aneka optimisme itu hadir setelah organisasi yang di Nusantara lahir sejak era 1973, dalam 5 tahun terakhir di Jabar sempat kelimpungan alias vacuum. “Namun, kini lain gairah kami beda dengan era masa lalu”, seru salah satu peserta Rakorda asal DPC HNSI Kabupaten Cirebon.

Hari itu Sekda Provinsi Jawa Barat Iwa Karniwa dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Pembina HNSI Jabar, diiringi Ketua Umum DPP HNSI Letjen Purn (Mar) H.M Yusuf Solichien, membuka Rakorda HNSI Jabar yang kini dipimpin Nandang A Permana. Ia secara terbuka menuturkan masa kecilnya yang penuh dengan perjuangan – sekaligus sempat menyentuh para hadirin.

”Dahulu, sejak usia SD hingga SMA yang menghidupi keluarga saya tak lain hanya sepetak kolam berisi ikan. Inilah bekal hidup keluarga saya”, paparnya yang juga mengungkapkan pentingnya budidaya ikan, serta memelihara ruh sebuah organisasi –“Harus selalu sauyunan dan mau mendengar, juga melaksanakan program dari bawah. Semodern apa pun organisasi, intinya harus saling pengertian di antara kita”.

Sementara itu Yusuf Solichien yang ujarannya banyak dinanti 11 jajaran pengurus DPC HNSI Jabar, khusus dalam sambutan kali ini menekankan pentingnya jajaran DPD HNSI Jabar harus solid:”Lupakanlah masa lalu, anggap itu sebagai bagian dari dinamika sejarah organisasi. Kepengurusan kali ini dimata DPP bisa dianggap sebagai reinkarnasi atau revitalisasi organisasi, spritnya mantap …”, ujarnya yang sempat pula menyinggung bagaimana kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan di lapangan – “Perlu ada peninjauan. Alasannya, solusi jangka pendek dan menengah untuk mengatasi berbagai Permen yang berbenturan segera diperbaiki. Melalui Rakorda kali ini bisa saja dimunculkan berbagai rekomendasi. Kami tunggu itu.”

Tantangan Nelayan

Hampir senada dengan Iwa Karniwa dan Yusuf Solichien, Nandang selaku “tuan rumah”, merinci kondisi dan tantangan terkait nasib kurang lebih 157 ribu nelayan, di pantai utara dan pantai selatan Jabar, plus dua wilayah yang berpotensi budi daya ikan seperti Kab. Bandung Barat, dan Kab. Tasikmalaya:”Fakta, 90% nelayan tangkap hingga kini masih hidup di bawah garis kemiskinan.”

Materi sambutan Nandang pun mengulas pentingnya peningkatan taraf hidup nelayan melalui peningkatan pendidikan, sosialisasi hukum, dan melek teknologi. Belum lagi persoalan akses permodalan yang lazim disebut rata-rata non bankable, sempat disinggung:”Harus ada perubahan mendasar yang bermuara pada perbaikan taraf hidup, juga perubahan paradigm di pihak nelayan sendiri. Jangan perubahan yang setengah-setengah.”

Optimisme & Judicial Review

Rakorda berlangsung hingga tahap perumusan rekomendasi, muncul optimism dari para peserta. Menurut Bambang Irawan sebagai peserta yang merupakan perintis pembentukan DPC HNSI Kab. Bandung Barat: “Ini ajang yang bermanfaat. Di daerah saya ada waduk Saguling, dan Cirata, serta lahan untuk perikanan lainnya.Bergabung dengan HNSI yang berbasis budi daya ikan, pastilah akan banyak potensi yang dapat kita gali”.

Pun bagi Dede Ola, Ketua DPC HNSI Kab. Sukabumi, kepesertaannya di ajang ini secara nyata telah memperkaya tim-nya yang dilengkapi Sekertarisnya Ujang SB:”Kami punya wawasan baru tentang kenelayanan. Kami inginkan ada program asuransi dan pendidikan yang lebih terprogram”, begitu ujarnya yang sorenya tampak sibuk berdiskusi kala menyusun rekomendasi Rakorda ini. “Soal banyaknya Permen yang kini banyak muncul pada era Menteri KKP Susi Pudjiasturi – mengapa tidak kita lakukan judicial review ke MK?!”.

Pengamatan yang khas datang dari Dedy H. Sutisna, mantan Staf Ahli Menteri KKP (2012 – 2016) yang kini di samping sebagai dosen di Sekolah Tinggi Perikanan juga mantan Sekjen Dewan Kelautan Indonesia (Dekin, 2012 – 2015 ):”Banyak kejutan dan optimisme lahir di Rakorda ini. Penting ini bagi peningkatan kepedulian kita sebagai penduduk yang tinggal di kawasan maritim,” ungkapnya dengan sumringah – “Saya nantikan rekomendasi dari Rakorda ini. Bila sudah dihasilkan saya akan pelajari dengan cermat”. (…)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *