Rias Pengantin Masuk Ponpes

Rias Pengantin Masuk PonpesKatakanlah ini, hanya sepenggal kisah di hari Kamis pagi (8/11/2018), di pondok pesantren (ponpes) Bustanul Wildan. Ponpes ini kondang karena didirikan sejak 1949 oleh KH. Taju’ Subki. Letaknya di Jl. Tanjakansari No. 24 Cileunyi, Kabupaten Bandung Jawa Barat. Konon pada tahun ini sedikitnya ada 500 santri putra-putri dari pelosok Nusantara, mondok sambil memperdalam ilmu agama.

Uniknya, ponpes yang masih berpegang teguh pada pola pendidikan pesantren salafiah, masih berdiri tegak ditengah gempuran globalisasi yang melanda kita. Tampuk pimpinannya kini, dipegang oleh tokoh kharismatik KH. Agus Mastur Gufron. Konon lagi, sejak dulu, ribuan alumninya tersebar ke seantero Nusantara.

“Mereka bergiat di banyak profesi, mulai dari kiyai hingga wiraswasta sukses, dan PNS pun ada,” jelas salah satu menantu pimpinan ponpes ini, Nurjamil Yoesoef Sunardi. Sehari-hari Nurjamil, memegang kendali ponpes ini yang terletak di jalan ‘super sibuk’ penghubung antara kota Bandung dan wilayah Priangan Timur Jawa Barat.

Mau tahu apa yang khas dari ponpes yang santrinya ‘mondok’ dan bersekolah formal mulai tingkat SMP hingga perguruan tinggi di kampus-kampus yang berada di Bandung Raya? Ternyata, khusus santriwati yang rata-rata sedang menempuh pendidikan tinggi, hari Kamis itu mengikuti pelatihan merias pengantin

Wow, masih ada yang khas lainnya. Pelatihan rias pengantin hari itu, dipimpin langsung juru rias pengantin ‘Sunda’. Ia sudah lama kondang sejak era 1980-an di Bandung. Tak lain, Heti Sunaryo. Ia lama dikenal karena klien-nya bukan dari dalam negeri atau kalangan tertentu saja, melainkan dari mancanegara. Tak heran, calon pengantin bila ingin memanfaatkan jasanya, harus rela mengantre selama berbulan-bulan. Jadwalnya, rinci padat hingga tahun depan. Top- lah, hari itu Heti Sunaryo masuk ponpes !

Kabar telah tersiar lama, Heti Sunaryo kerap melakukan kegiatan sosial yang cukup unik. Ia rutin merias pengantin massal dan kaum tuna netra pada setiap bulan Ramadhan. “Ya, itu sudah merupakan sebuah kewajiban bagi saya,” paparnya low profile, disela-sela memberi petunjuk praktis kepada asisten dan para santriwati di ponpes Bustanul Wildan.

Di ponpes ini, Heti Sunaryo bersama tim-nya melatih sebelas santriwati yang rata-rata bestatus mahasiswa UIN (Universitas Islam Negeri), dan Universitas Padjadjaran, bahkan ada pula yang berstatus ibu rumah tangga.

“Saya terkesan dengan penerimaan santriwati di sini. Mereka tampak tulus, dan hasilnya pun bagus. Muncullah inner beauty secara natural, ini sangat menggembirakan,” ujarnya sambil menambahkan –“Penting keikhlasan itu, buktinya berbekal bahan dan peralatan seadanya, hasilnya sangat bagus. Keterampilan ini penting bagi kita, berguna untuk banyak orang selama kita hidup.”

Sementara itu Wakil Ketua Gerakan Wadyabala Jokowi (GWJ) Jabar, Anton Sartono yang biasa disapa Tonton selaku inisiator kegiatan ini, merasa bersyukur kegiatannya di ponpes ini berlangsung sukses, dan diterima dengan baik oleh tuan rumah.

“Di sini baru sebagian kecil-lah kami kembangkan, sebelumnya bersama rekan-rekan secara sukarela melakukan kegiatan sosial-kemasyarakatan lain di berbagai tempat,” papar Tonton yang diapresiasi langsung kiprahnya oleh pimpinan ponpes KH. Agus Mastur Gufron.

Menurut KH. Agus Mastur Gufron selama pelatihan singkat, namun menurutnya sangat bermanfaat besar sebagai bekal pembinaan rumah tangga:

”Siapa tahu kelak, di antara mereka ada yang berniat meneruskan sebagai profesi. Paling tidak, untuk kepentingan keluarga dan lingkup terbatas. Terima kasih atas prakarsa GWJ Jabar, apalagi sampai membawa Ibu Heti Sunaryo ke tempat kami yang sederhana ini. Ini kehormatan besar,” pungkasnya dengan nada lembut penuh wibawa, seusai berfoto bersama. (HS/MG).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *