Diskusi Membongkar Project Denny JA

Diskusi Membongkar Project Denny JASejumlah sastrawan di Bandung, menggelar diskusi tingkat nasional dengan tema “Membongkar kasus Project Puisi Esai Denny JA” yang akan digelar pada Selasa 13 Maret 2018 di Gedung Indonesia Menggugat (GIM) Jl. Perintis Kemerdekaan no 5 Bandung..

Hadir para pembicara antara lain Ahda Imran, Yana Risdiana, Ari J. Adipurwawidjana, Heru Hikayat dan Hikmat Gumelar Berdoa, mereka akan berbicara panjang lebar bagaimana proyek itu adalah skandal sejarah sastra. Diskui ini di, oderatori penyair Matdon.

Pada diskusi ini, para pembicara berbicara bagaimana Denny JA itu tak lebih dari penyebar informasi hoax tentang kapasitas dan kontribusi dirinya terhadap Sastra Indonesia – yang tidak punya rasa malu sedikitpun mendanai sebuah buku hoax berjudul 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh.

Sebagai konsultan politik yang uangnya banyak, mudah saja bagi Denny JA untuk membuat orang bodoh, manuver uang dalam politik ia masukan ke dalam tubuh sastra Indonesia, maka sastra sekarang sedang di obok-obok oleh jalan politik DJA. Gerakan Denny JA adalah bagian dari manipulasiyang ia lakukan sejak awal tahun 2014 lewat rekayasa penerbitan buku “33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh dalam 100 tahun terakhir.” Semua dia lakukan demi disebut namanya sebagai “pembaharu” dan “tokoh sastra Indonesia paling berpengaruh”.

Ia mencoba membelokan makna dari sejarah ialah studi masa lalu, mencoba tutup mata, bagaimana para sastrawan dulu, membangun dunia bahasa dan sastra menjadi kesantunan tertinngi manusia dan itu dilakukan tidak dengan uang ketika disebut sebagai tokoh, tapi dengan karya. Denyy JA mengingkari keringat para sastrawan yang berjuang dengan kata untuk membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan. DJA juga tak ambil pusing dengan Rendra, Wiji Tulul dan atau yang lainnya, yang dengan susah payah melakoni kesetian serta berjuang demi sastra, tdak membelinya dengan uang.

Ahda Imran bicara soal kebohongan Denny JA yang mengelak telah membiayai project puisi esai. Tidak hanya itu, Denny JA telah mengijon penulis puisi esai yang kebanyakan bukan penyair, tapi mendadak menjadi penyair. Penyusunan buku itu adalah infiltrasi modal ke dalam sejarah sastra Indonesia.

Begitupun Hikmat Gumelar dan Ari J. Adipurwawidjana, dosen Unpad membahas bagaimana sebuah genre lahir dan berkembang melalui interaksi antar-jejaring yang bersifat horizontal-egaliter yang terus berlangsung. Lingkar Survei Indonesia (LSI) harus mengumpulkan opini publik lewat survei. Pola vertikal-hierarkis yang diterapkan “gerakan puisi-esai” merupakan pola koersif yang selama ini lazim diterapkan dalam dunia politik Indonesia.

Sementara Yana Risdiana, Advokat pencinta puisi menulis tentang kontrak puisi esai antara penyair dan pihak Denny JA dan Heru Hikayat dari seni rupa mencoba membandingkan antara skandal puisi esai di sastra dengan fenomena di seni rupa, ia memaparkan kooptasi pasar pada dunia seni rupa. Bagaimana pasar akan “menelan” semuanya, bahkan kritisisme. Pasar membawa berkah sekaligus kutukan. Meski tidak secara detail menghubungkan langsung fenomena spesifik di seni rupa dengan skandal puisi esai.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *