Amerika Rilis Peta Topografi Dunia

New York – Gedung Putih sedang mengolah data dari pesawat ulang-alik milik NASA agar dapat membantu memerangi perubahan iklim. Pada Konferensi Tingkat Tinggi Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa pekan lalu, Presiden Amerika Serikat Barack Obama berinisiatif membantu mempersiapkan dampak perubahan iklim drastis, seperti banjir, badai gelombang pesisit, dan dampak lainnya.

Salah satu upaya Amerika Serikat adalah NASA akan merilis beberapa peta topografi dunia yang ditransmisi dari pesawat ulang-alik selama satu dekade terakhir. Gambar resolusi tinggi yang dikumpulkan Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) itu akan dibuka pada tahun depan. Kata seorang pejabat NASA, peta topografi pertama yang akan dirilis adalah Afrika, negara-negara Amerika Latin, serta Kepulauan Karibia.

Setiap piksel dalam satu data set mencakup luas 30 meter persegi. Besar tersebut tiga kali lebih detail dibandingkan dengan peta global yang dirilis ke publik pada 2003. Peta tersebut hanya mencakup luas 90 meter persegi.

Dalam penerbangan selama sebelas hari, kapal Endeavour memantulkan sinyal radar ke SRTM di bumi berkali-kali dari perspektif yang berbeda, yakni sepanjang 56 derajat lintang selatan dan 60 derajat utara khatulistiwa.

Kepala ilmuwan NASA, Ellen Stofan, mengatakan langkah ini akan membantu upaya-upaya publik internasional untuk lebih memahami proses alam di bumi. “Untuk persiapan perubahan iklim dan penanganan bencana alam secara global,” ujarnya, seperti dikutip dari Space.com, Senin, 29 September 2014.

Topografi, kata Stofan, dapat digunakan pula pada distribusi tanaman dan hewan, pola cuaca, pola curah hujan, dan gerakan air permukaan. Peta ini dapat membantu para pemimpin lokal memahami potensi banjir, badai, dan kenaikan permukaan laut di wilayah masing-masing. Set data tersebut akan dipublikasikan secara online pada laman webGeological Survei AS Earth Explorer. Selain merilis peta, NASA juga akan bekerja sama dengan U.S. Agency for International Development dan lembaga lain untuk membuat pelatihan untuk pejabat negara di Afrika tentang bagaimana mengolah data peta tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *